JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Bersatu dalam kebhinekaan, itulah yang menjadi semangat kebangsaan masyarakat lintas iman di Kabupaten Jombang berkumpul merefleksikan kemerdekaan RI di Kedai Sufie, Minggu (21/8) malam. Sembari menikmati kopi, mereka berdiskusi tentang sejarah perjalanan keberagaman di republik ini.
Tak hanya dalam pandangan sosial, anak-anak bangsa dari berbagai agama ini juga membincang keberagaman dari aspek kebudayaan. Pendeta Chrysta Andreas, Majelis Agung GKJW mengatakan, Indonesia adalah bangsa maritim, yang batas-batas dan sekat-sekatnya menjadi sesuatu yang dinamis. Baginya, apapun agamnya harus tetap melebur menjadi satu. Semua elemen bangsa merupakan saudara.
Baca Juga: Syukuri Nikmat Kemerdekaan Bangsa Indonesia, Sehat Tentrem Bagikan Santunan ke Ratusan Tukang Becak
“Ketika yang berbeda-beda tidak menganggap seduluran (saudara, red), maka bangsa kita sedang mengalami destruksi budaya. Sebuah mentalitas dan cara pandang yang miskin perjumpaan. Sebuah kearifan lokal yang menjadi nilai luhur bangsa Indonesia,” kata pendeta yang mengajar di Balewiyoto Malang tersebut.
Sempat dipaparkan dalam forum tersebut, berdasarkan hasil Penelitian Wahid Institute, setidaknya ada 500 ribu orang siap untuk menyebarkan paham radikalisme di Indonesia ini. Dari tahun 2004 – 2010, terdapat 4000-an tempat ibadah yang disegel, ditutup dan dibakar oleh kelompok garis keras atau kelompok intoleran.
“Bahkan di Lombok Timur, ada kelompok Ahmadiyah yang diganggu saat sholat tarawih. Pengusiran tersebut dilakukan oleh aparat desa. Dipaksa untuk konversi keyakinan dan keluar dari Ahmadiyah,” ujar Sajid seorang Ahamadiyah yang ikut nimbrung dalam refleksi tersebut.
Baca Juga: Peringati HUT RI ke-76, Polisi Jombang Gelar Upacara Bendera di Traffic Light
Pandangan lain dipaparkan Aan Anshori, Koordinator JIAD (Jaringan Islam Anti Diskriminasi) Jatim. Baginya, ketika orang hidup dalam kemerdekaan, sesungguhnya orang akan menghidupi esensi agama itu sendiri.
"Esensi agama itu adalah agama sesungguhnya menjaga jiwa atau nyawa manusia. Agama apapun mesti mendakwahkan kebebasan berpikir. Agama harus menjaga kemerdekaan untuk beragama dan berkeyakinan dan terakhir agama harus memberikan jaminan harta benda dan keturunan,” tutur Aan
Sementara Andreas Kristianto, aktivis GKI (Gereja Kristen Indonesia) Jombang yang menjadi moderator juga menyampaikan renungannya. “Banyak orang yang hidup dalam belenggu-belenggu ketakutan, teror kekerasan dan mentalitas kompetisi, padahal kita sudah merdeka selama 71 tahun. Hanya dengan menghidupi kemerdekaaan dan menggelorakan semangat nasionalisme, kita menjadi pionir mengusung perdamaian di negeri ini,” tukas dia.
Baca Juga: Sambut HUT Kemerdekaan RI, Polres Jombang Gelar Vaksinasi Kepada Disabilitas
Selain Jariangan GUSDU Rian, ada juga peserta diskusi dari Infictus (Interfaith and cultures Studies Jombang), GKI, GKJW, MDC, IPNU, ISNU dan pemuda khatolik Surabaya. Di akhir acara, seluruh elemen yang hadir berdoa bersama untuk bangsa Indonesia dan menikmati tumpeng kemerdekaan yang disediakan bersama-sama. (rom/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News