Tim Komite Ekonomi dan Industri Nasional saat di Banyuwangi.
BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com - Desa Kedungrejo dan Desa Tratas di Kecamatan Muncar Banyuwangi berpeluang utuk dipilih sebagai pilot project percontohan Desa Emas Nasional. Menurut Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko, kedua desa tersebut memiliki potensi perikanan yang bagus.
“Dengan program ini, kami berharap potensi tersebut bisa tergarap maksimal dan hasilnya bisa dirasakan merata oleh masyarakat di sana. pemudanya juga akan kami siapkan sebagai pendamping,” ungkap Wabup Yusuf Widyatmoko, di Lounge Pelayanan Publik, kemarin.
Desa emas adalah program yang berupaya membangun desa yang merdeka dari kemiskinan, pengangguran, dan rasa tidak aman. Desa Emas ini dalam pelaksanaannya melibatkan tiga komponen, yaitu pemerintah, masyarakat desa dan pemuda sebagai agent of change (agen perubahan).
Komite Ekonomi dan Industri Nasional menunjuk kabupaten berjuluk Sunrise of Java itu sebagai kabupaten pertama yang menjadi pilot project Desa Emas Nasional. Lewat program ini, pemuda akan dioptimalkan sebagai penggerak kemajuan sebuah desa. Itu diungkapkan Ketua Kelompok Kerja Industri Pedesaan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Aries Muftie.
Menurut Aries, Banyuwangi layak menjadi percontohan program karena pemimpin dan masyarakatnya telah memiliki komitmen kuat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Hal itu ditunjukkan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat Banyuwangi yang signifikan.
“Semangat dan kemauan untuk berubah ini yang sangat penting. Sehebat apa pun pemerintahnya, kalau masyarakatnya tidak mau bergerak hasilnya tidak akan seperti ini. Inilah yang mendorong kami memilih Banyuwangi sebagai percontohan. Pemerintah dan masyarakatnya sudah ideal, tinggal mencari pemuda desa yang akan menjadi pendamping perubahannya,” tutur Aries saat diterima Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko.
Sebagai langkah awal, pemkab akan menunjuk maksimal 10 desa sebagai pilot project. Dari setiap desa tersebut, akan dipilih dua orang pemuda yang akan dilatih selama tiga minggu tentang entrepreunership sesuai dengan potensi desa asalnya. “Kriterianya sederhana, mereka adalah warga asli desa itu, berusia 20-30 tahun dengan pendidikan minimal SMK, mau belajar, dan mau tidak dibayar,” papar Aries.
Para pemuda itu akan diberikan beragam pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya. “Pelatihannya seperti bagaimana berperilaku yang baik, melakukan pembukuan keuangan, melihat peluang usaha dan lain-lain. Kami cetak mereka menjadi pimpinan bagi usaha-usaha masyarakat di desa nya. Sebagai kontribusinya, mereka wajib menularkan ilmu dan mendampingi usaha warga desa yang lain minimal selama lima tahun,” imbuhnya.
Sesudah pelatihan, diharapkan para pendamping mampu menyebarkan karakter positif kepada warga desa, terutama yang mampu mendorong ekonomi kreatif warganya. Warga juga wajib diajarkan menciptakan pasar bagi produk-produk desanya. untuk menjual produk-produk yang mereka hasilkan.
Untuk memperluas wawasannya mereka juga akan melakukan brandmark ke manca negara lain yang berhasil melakukan gerakan membangun desa, seperti Korea, Malaysia dan Thailand. “Ini segera dimulai, asal pemkab segera menunjuk desa dan memilih pemudanya. Target kami tahun ini jalan,” demikian Aries Muftie. (bw1/dur).












