JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Baru 10 tahun mimpin Pondok Pesantren Tebuireng, ternyata KH Ir Salahuddin Wahid tidak hanya sukses menata infrastruktur dan sistem pendidikan Tebuireng, Tapi juga mendirikan 10 pondok pesantren di Jawa dan luar Jawa. Gus Solah – panggilan cucu pendiri NU Hadratussyaikh Hasyim Muhammad Asy’ari itu, terus mengembangkan pendirian pondok pesantren di seluruh Indonesia.,Gus Solah diangkat sebagai pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng pada 2006 menggantikan KHM Yusuf Hasyim, putera Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari.
Meski demikian Gus Solah mengaku masih kalah dengan ormas Islam non-NU yang telah mendirikan 300 pesantren di seluruh Indonesia. ”Saya ini masih kalah, Saya baru mendirikan berapa, " kata Gus Solah kepada bangsaonline.com.
Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng
Hanya saja Gus Solah mendirikan 10 pesantren itu berkat karya atau kreativitas individual, bukan ditopang organisasi sepertti ormas Islam non NU yang sebelumnya sudah punya cabang di seluruh Indonesia. Gus Solah bahkan terkesan sendirian dan hanya dibantu koleganya di internal Pesantren Tebuireng.
Karena itu gerakan pendirian pesantren itu niscaya lebih massif seandainya Gus Solah mengembangkan pesantren diback up NU misalnya sebagai ketua umum PBNU. Sebab Gus Solah yang Wakil Ketua PMII Cabang Bandung dan Komisariat PMII ITB pada 1964-1966 itu selain banyak gagasan juga punya kemampuan manajerial tinggi. Apalagi insinyur lulusan ITB Bandung itu sejak remaja dikenal sebagai aktivis organisasi. Mantan Wakil Ketua Komnas HAM dan ketua PBNU dua periode serta Panduan Ansor pada 1957-1961 itu bahkan bisa memadukan kemampuan ilmu eksakta dan ilmu sosial dalam pola pikirnya.
Gus Solah memang punya obsesi mendirikan pondok pesantren sebanyak-banyaknya di seluruh Indonesia. Alasannya, pesantren selain bisa membangun karakter anak bangsa juga merupakan lembaga pendidikan tertua dan khas Indonesia. Apalagi lewat pendidikan pesantren inilah ilmu dan nilai-nilai agama bisa ditanamkan secara konprehensif dan intensif.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
10 pondok pesantren yang didirikan Gus Solah itu antara lain: Pesantren Tebuireng Trensains di Ngoro Jombang. Lalu Pesantren Tebuireng SMK di Jombang, Pesantren Tebuireng di Kesamben Jombang, Pesantren Tebuireng Ciganjur, Pesantren Tebuireng di Cianjur, Pesantren Tebuireng di Sukabumi, Pesantren Tebuireng Sindang Beliti Ilir (SBI), Pesantren Tebuireng di Petalongang Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir. Pesantren di Bolaang Mongondow Sulawesi Utara, Pesantren Tebuireng di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, Pesantren Tebuireng di Kuala Gading, Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri, Hulu, Riau, Pesantren Al-Hijaz Tebuireng di Desa Air Kati Kecamatan Sindang Dataran Lembak, Pesantren Tebuireng Jl. Medan-Berastagi Km. 45, Desa Sukamakmur, Kecamantan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Pesantren Al Hijaz Tebuireng di Desa Air Kati Kecamatan Padang Ulak Tanding (PUT).
Dari sekian pesantren yang didirikan Gus Solah sudah adayang menuai prestasi. Diantaranya Pesantren Trensains Ngoro Jombang yang sering disebut Tebuireng II. Pesantren ini baru dibuka pada Agustus 2014. Namun sudah mengharumkan bangsa Indonesia di dunia internasional. Salah satu siswi SMA Trensains meraih prestasi gemilang dalam dunia internasional. Siswi SMA Trensains bernama Himmayatussorofil Maulida menyabet medali emas dalam ajang International Mathematics Contest di Singapura (IMC Singapore), pada 29 Juli-1 Agustus 2016 lalu.
Ajang bergengsi tersebut diikuti 11 Negara. Diantaranya, Indonesia, Tiongkok, Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Philippines, Korea, Thailand, Iran, Singapore dan Vietnam.
Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama
Himmayatussorofil Maulida adalah salah satu siswa yang mewakili Tim Indonesia dibawah bimbingan Raden Ridwan Hasan Saputra, Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA. Tim ini berjumlah 102 siswa yang terdiri dari kelas 3 SD hingga kelas 11 SMA untuk mengikuti kompetisi dalam bidang matematika tersebut.
Yang menarik, meski berbasis pesantren tapi lembaga pendidikan yang didirikan Gus Solah penuh inovatif dan sesuai kebutuhan jaman. Ini bisa kita lihat pada pendirian SMK yang lokasinya di Mojosongo, 300 meter sebelah utara Rumah Sakit NU Jombang.
Gus Solah mengaku sedang fokus kepada SMK yang membuka jurusan boga untuk mendidik wira usaha. SMK ini sangat menjanjikan dan dipastikan banyak peminat karena menguntungkan para siswa, tertuma dalam wira usaha. ”Supaya bisa membuka rumah makan yang kami modali. Dan setelah 6 – 7 tahun, saham mayoritas ada di tangan lulusan SMK itu,” kata Gus Solah kepada bangsaonline.com. Rencananya SMK ini dibuka pada 2017 mendatang.
Baca Juga: Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu
Tampaknya Gus Solah sukses mendirikan banyak pesantren selain karena gigih dan diback up profesionalitas juga karena faktor trust (kepercayaan) masyarakat. Adik kandung Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahhid (Gus Dur) ini dikenal sangat amanah. Buktinya, banyak sekali bantuan tanah wakaf mengalir ke Tebuireng karena faktor trust dan ingin barakah. Para orang kaya tak ragu terhadap integritas Gus Solah sehingga mereka ikhlas meyedekahkan hartanya lewat Gus Solah yang terpilih sebagai Ketua Gerakan Integritas Nasional pada 2011.
Karena itu mudah dipahami jika menjelang Muktamar NU ke-33 di Jombang banyak sekali kiai dari PWNU dan PCNU yang mendorong Gus Solah maju sebagai ketua umum PBNU. Mereka berharap Gus Solah yang putera Menteri Agama RI pertama KH Abdul Wahid Hasyim itu bisa membenahi NU yang kini dianggap sudah sangat pragmatis dan politis sehingga kehilangan muruah dan kepercayaan umat. Para kiai itu yakin di bawah kepemimpinan Gus Solah yang dikenal bersih, clean dan clear serta professional itu, NU bisa kembali berkibar, dan yang penting lagii bersih dan dipercaya publik. Tapi karena Muktamar NU berlangsung penuh intrik dan kecurangan akhirnya Gus Solah jadi korban sistem pemilihan yang dipermainkan pantia Muktamar NU secara tak sehat.
Namun nama Gus Solah ternyata tak tenggelam. Sebaliknya masyarakat justeru semakin percaya pada integritas Gus Solah. Buktinya, banyak sekali para pengusaha yang justeru mendekati Gus Solah pasca Muktamar NU ke-33 di Jombang itu.
Baca Juga: Persiapan Konferwil NU Jatim Capai 100 Persen, Pembukaan Siap Digelar Malam ini
Salah satunya pengusaha kaya Usman Effendi yang mewakafkan tanahnya seluas 60 hektar di Cikakak Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Ia mewakafkan tanah itu untuk pembangunan Pesantren Tebuireng berbasis sains dan teknologi.
Penyerahan tanah wakaf dilaksanakan di Inna Samudra Beach Hotel Palabuhanratu, Sabtu (5/9/2015).
Acara itu disaksikan langsung Gus Solah dan Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng KH Halim Mahfud. Hadir juga sejumlah penggagas KH Muhammad Anshory Fudholi, Masmu Fudholi dan salah satu alumni, Budhy Lesmana.
Baca Juga: Ponpes Tebuireng Siap Gelar Konferwil NU XVIII
“Semoga menjadi amal ibadah yang diterima Allah Swt dan kami mampu menjalankan amanah dari beliau,” harap Gus Solah.
Sementara Usman Effendi mewakafkan lahan untuk pembangunan pesantren merupakan obsesinya sejak lama. Setelah sekian lama mencari lahan yang tepat, akhirnya didapatkan areal seluas 60 hektare di daerah Cikakak, Palabuhanratu.
Untuk mewujudkan obsesi tersebut, Usman sudah banyak berkomunikasi dengan sejumlah koleganya di kantor kedutaan negara-negara muslim.
Baca Juga: Ribuan Santri Tebuireng Takbir Keliling dan Bakar Sate Massal, Idul Adha Makin Seru
“Respons mereka sangat baik, bahkan mereka akan membantu penyediaan sarana perpustakaan dan penunjang lainnya yang komplit,” ujarnya.
Menurut dia, ide untuk membangun pesantren yang berbasis sains dan teknologi ini juga mendapat dukungan dari Gubernur Jawa Barat, bahkan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dalam sejumlah kesempatan, para petinggi negeri itu menyampaikan dukungannya dan berjanji memberikan bantuan untuk pembangunan pesantren.
“Pemilihan lokasi di Palabuhanratu setidaknya untuk mengimbangi pertumbuhan Kota Palabuhanratu dari berbagai aspek, terutama budaya. Pembangunan dermaga orang dan barang yang akan dilakukan, secara langsung maupun tidak mengakibatkan interaksi budaya warga lokal dengan pendatang. Untuk itu perlu sarana untuk mengantisipasi dampak negatif yang muncul kemudian,” jelasnya seperti dikutip pojokjabar.com
Baca Juga: Rutinitas Pengajian Ikapete di Kabupaten Pasuruan, Bahas Kitab At-Tibyan Karya Mbah Hasyim
Ia menambahkan, kegiatan pembangunan selalu melahirkan efek pisau bermata dua, positif dan negatif. Keberadaan pesantren di tengah-tengah kemajuan zaman ini diharapkan mampu mengeliminir dampak negatif tersebut.
“Kami mohon doa dari semua pihak agar prosesnya berjalan lancar,” ujarnya. (MA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News