
GRESIK, BANGSAONLINE.com - Warga masyarakat di Desa Melirang Kecamatan Bungah tidak ingin kalau segala tradisi baik yang telah diwariskan nenek moyang mereka punah ditelan zaman akibat anak cucu tidak melestarikannya.
Karena itu, ribuan warga Melirang hingga sekarang terus bertekad untuk memperingati tradisi yang telah dibuat nenek moyang mereka. Seperti halnya, tradisi menggelar pawai budaya yang digelar ribuan warga, Minggu (25/9).
Dalam pawai budaya tersebut Kelompok masyarakat desa membuat beraneka miniatur, mulai kabah, koruptor yang sedang dipenjara, pohon, aneka hewan seperti kelelawar dan lainnya.
Yang menarik, ribuan warga juga mengarak tumpeng raksasa keliling kampung sebelum tumpeng nasi kuning itu mereka santap beramai-ramai.
Menurut Noto Utomo, salah satu warga Desa Melirang, bahwa pawai budaya tersebut merupakan tradisi yang selalu dilakukan oleh warga Melirang dalam tiga tahun sekali. "Pawai itu untuk uri-uri budaya agar tidak sirna ditelan zaman," kata anggota FPDIP DPRD Gresik ini.
Noto menyatakan, bahwa saat ini banyak generasi muda yang tidak mengetahui tradisi yang telah dicetuskan dan rutin diperingati oleh nenek moyang mereka. Kondisi tersebut karena para generasi penerus tidak mau melestarikan budaya tersebut. Sehingga, tradisi baik itu akhirnya sirna.
"Saya selaku warga Melirang tidak ingin budaya baik ini hilang. Karena itu, kami terus berupaya melestarikannya," jelasnya.
"Langkah ini dilakukan selain sebagai bentuk peringatan dan simbol rasa syukur, juga untuk mengingatkan para generasi di Desa Melirang supaya mereka mengetahui kalau di desa mereka ada budaya tersebut," imbuhnya.
"Kami berharap generasi penerus kami bisa terus melestarikan agar budaya itu tidak hilang ditelan zaman," pungkasnya.
Pawai budaya sendiri diikuti sekitar 40 kelompok masyarakat. Mereka berasal dari perwakilan beberapa dusun di Desa Melirang, perkumpulan pengusaha, dan komponen masyarakat lain.
Sementara Kepala Desa Melirang Kecamatan Bungah, H. M. Muwaffaq menyatakan, bahwa pawai budaya tersebut sudah menjadi tradisi warga Melirang yang digelar setiap tiga tahun sekali. "Pawai budaya tersebut merupakan wadah untuk menggeliatkan pariwisata di Melirang," katanya.
Di Desa Melirang, ada beberapa objek wisata yang layak jual. Di antaranya, sendang peninggal Putri Kedaton, Solo, Candi Melirang dan Goa Kelelawar. "Harapan kami dengan pawai budaya ini bisa mengangkat keberadaan objek wisata di desa kami agar dikunjungi banyak wisatawan," pungkasnya. (hud/rev)