Belimbing Wuluh Genteng Candirejo Jadi Olahan Herbal

Belimbing Wuluh Genteng Candirejo Jadi Olahan Herbal

SURABAYA,BANGSAONLINE.com – Warga Genteng Candirejo memanfaatkan banyaknya pohon belimbing wuluh di depan dan belakang rumah untuk dijadikan berbagai macam olahan.

Banyaknya warga Genteng Candirejo memilih menanam pohon belimbing wuluh karena alasan mudah ditanam dan tidak perlu perawatn khusus. Selain Belimbing Wuluh, warga juga membuat olahan lain dari berbagai macam bahan herbal. Hal ini disampaikan oleh Wiwik Sri Hayati (55) Koordinator Kelompok Tani Kampung Genteng Candirejo saat ditemui dirumahnya Kamis siang (29/09/2016).

“Sejak tahun 2008 saya mengajak dan mendorong ibu-ibu di kampung sini untuk membuat berbagai macam olahan dari bahan-bahan herbal. Saat itu salah satu pegawai Dinas pertanian datang kesini dan mengajak kelompok tani untuk ikut lomba olahan herbal tingkat provinsi. Waktu itu kelompok kami mendapat juara 3 tingkat Provinsi,” jelas Wiwik.

Hal tersebut berawal dari Wiwik, salah satu warga Kampung Genteng Candirejo yang dipilih sebagai fasilitator dan Ketua Kelompok Tani, mengajak warga kampungnya gotong royong mengikuti lomba Green and Clean pada tahun 2007. Pada tahun itu pula, Kampung Genteng Candirejo menjadi Runner Up Lomba Green and Clean se-Surabaya.

Pada tahun selanjutnya, yaitu tahun 2008 Sentra Olahan Herbal Wiwik dan kelompok tani nya mendapat juara 3 tingkat Provinsi. Sejak saat itulah warga Genteng Candirejo digerakkan oleh Wiwik untuk membuat dan memasarkan olahan dari segala macam tumbuhan herbal. Seperti sinom, temulawak, beras kencur dan tak lupa ikon kampung ini adalah belimbing wuluh.

Sebelum menjadi Sentra Olahan Herbal, kampung ini dulunya adalah Sentra Olahan Belimbing Wuluh. Agar tidak melulu tentang belimbing Wuluh, Wiwik menggerakkan para anggotanya untuk membuat berbagai macam olahan dari bahan herbal dan rempah.

“Waktu itu saya tidak ikut mengolah, saya hanya memberikan resep-resep yang saya punya dari orang tua. Saya punya berbagai macam resep tentang olahan herbal, karea dulu Alm. Bapak saya sangat suka membuat jamu dan lain-lain. Tapi, untuk beberapa tahun terakhir saya sudah ikut mengolah belimbing wuluh dan bahan-bahan herbal menjadi berbagai macam produk,” tambah dia.

Wiwik mengaku untuk memulai usaha membuat kampung sentra olahan herbal seperti saat ini sangat susah. “Mengordinir ibu-ibu disini sangat susah. Awalnya saya kasih resep kepada ibu-ibu kelompok tani, masih saja ada yang tidak mau. Ada juga yang bilang saya bohong tentang resep yang saya berikan. Segala macam lika-liku sudah saya rasakan. Waktu itu ada yang nitip kacang hijau di Siola tapi rasanya anyep. Saya berikan resep saya, dia tidak mau. Lalu dia saya ajak praktek dirumah saya, dia tetap tidak mau. Tetapi, saya tetap mencoba sendiri dirumah dan hasilnya saya kirimkan ke tetangga saya itu. Akhirnya dia mengucapkan terimakasih,” keluh dia.

Wiwik hanya ingin ibu-ibu kampung Genteng Candirejo produktif dan memanfaatkan kemampuan mereka dengan membuat produk-produk yang bisa dinikmati banyak orang serta memasarkannya. Dia selalu mendorong anggotanya dengan mengajak mereka memasarkan produknya di sentra-sentra UKM yang disediakan Pemkot Surabaya. Selain di tempat Sentra Olahan Herbal yang ada di depan gang RT 02/RW 08, ibu-ibu yang membuat olahan herbal menitipkan produk olahan mereka di toko-toko langganan serta di Sentra UKM. Wiwik sendiri menitipkan di Sentra UKM ITC, Merr, Kota Madya, Dikbud, dan ada langganan-langganan lain yang mengambil sendiri ke rumahnya.

Saat ini sudah ada 15 orang yang membuat produk-produk olahan herbal, mulai dari sari kedelai, sari jagung, beras kencur, manisan belimbing wuluh, dan lain-lain. Tetapi, masih ada 4 orang yang sudah mendapat PIRT termasuk Wiwik. Untuk 11 orang lain masih dalam proses penyelesaian.

Untuk produk Wiwik sendiri, dia memberi nama Kendi 42. Kenapa Kendi? Karena Wiwik ingin produsen yang meminum hasil olahannya merasa segar seperti minum dari kendi. Sedangkan 42 adalah nomor rumahnya. Produk-produk hasil olahan Wiwik antara lain beras kencur kapulogo, kunyit asem, sinom luntas (kalau ada saudara yang datang dari desa dan bawa luntas) karena disini susah mecari luntas, temulawak bunga polo, tak lupa ikon kampung sentra olahan herbal, yaitu belimbing wuluh. Wiwik membuat berbagai macam varian produk dari belimbing wuluh, seperti manisan, sirup, minuman, yang terbaru adalah selai belimbing wuluh.

Untuk membuat olahan, para ibu mendapatkan bahannya dari pasar. Tetapi untuk belimbing wuluh dan sinom, sudah ada pohon di sekitar rumah yang bisa dimanfaatkan. “Jika musim berbuah belimbing wuluh, biasanya saya mengambil dari 2 pohon sudah cukup untuk membuat manisan dan lain-lain. Dalam sekali ambil biasanya 30 kg,” aku Wiwik.

Omzet Wiwik dalam sebulan mencapai sekitar Rp. 3 jt lebih. Dia mengaku sangat terbantu dengan usaha ini. Karena sebagai single mother, dia bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan berkat hobinya tersebut. (mega melati/UTM)