Manusia Gerobak Sidoarjo, Tidurkan Buah Hati Beralas Kardus

Manusia Gerobak Sidoarjo, Tidurkan Buah Hati Beralas Kardus Seperti ini kehidupan manusia gerobak setiap harinya. foto: rizki alfian/ BANGSAONLINE

SIDOARJO,BANGSAONLINE.com – Manusia gerobak. Ini sebutan yang pantas untuk Budi, istri dan anaknya semata wayang. Setiap harinya, mereka tidur di gerobak, seakan-akan sudah menjadi rumah bagi mereka.

Wajar jika dia selalu terbebas dari razia satpol PP untuk warga T4 (tempat tinggal tidak tetap), sebab mobilitas Budi sekeluarga sangat tinggi. Hampir tak pernah menetap di satu tempat.

Baca Juga: Pengemis Banjiri Jalanan Sidoarjo, Dewan Minta Satpol PP Turun Tangan

Diawali keluarga Budi memutuskan pindah dari Banjarmasin menuju Sidoarjo. Tujuannya, mencari penghidupan yang lebih baik, demi masa depan anaknya.

Namun, nasibnya kini makin terpuruk dari perkiraanya, sehingga rela tidur di pinggir jalan dan gubuk persawahan.

Pada tahun 2012 lalu, Budi memutuskan untuk hijrah dari kampung halamannya, Banjarmasin menuju Sidoarjo ini, karena mendapat tawaran pekerjaan.

Dirinya mengaku bahwa biaya yang dikeluarkan jika di kampung halamannya sangat mahal. Sehingga dia tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta menyekolahkan anaknya pada tahun depan. “Di Banjarmasin, sembarang mahal, misalnya di sini Rp 10 ribu bisa dapat nasi sebungkus, di sana gak cukup,” ujarnya.

Karena hal tersebut yang membuat dirinya memutuskan untuk merantau ke Sidoarjo dengan alasan bahwa di Sidoarjo terdapat peluang untuk kerja. Namun, dirinya sempat menjadi tukang batu selama setahun. Dan setelahnya, tak ada yang menawari pekerjaan. Akhirnya kini hanya bekerja mencari barang bekas.

Awalnya, dirinya mengaku sempat tinggal di kos selama 2 tahun, tapi akhirnya diusir karena tidak mampu membayar kos bulanan. “Saya dulu ngekos, tapi sekarang ya masalah tidur ya di mana aja asal anak saya gak kehujanan kalau hujan,” jelas dia.

“Untuk semua pakaian,ditaruh dalam kardus dan saya taruh di gerobak saya. Dan kalau mandi ya cari sungai dekat-dekat sini,” ujarnya, sambil menunjuk ke arah selatan. Saat itu, dia ditemui di kawasan Buduran.

Dirinya juga menyatakan bahwa yang terpenting anaknya sehat dan bisa sekolah meski dirinya tidak mempunyai tempat tinggal.

“Kalau kerja gini. saya sama istri saya cari rongsokan, keliling ke daerah-daerah dan juga anak saya yang saya naikkan ke dalam gerobak,kalau dia tidur beralaskan kardus,” jelas dia.

Dirinya jika keliling, hanya mulai habis Maghrib hingga menjelang shubuh dan kemudian mencari tempat untuk istirahat, salah satunya, di daerah persawahan lingkar timur Sidoarjo.

Namun, jika tengah malam dirinya mangkal di jalan protokol depan gudang Avian.

Dirinya mengaku penghasilan yang didapat selama ini hanya kisaran maksimal Rp 15.000 per hari.

Soal makan, dirinya biasanya berharap uluran tangan dari orang lain. “Kalau dikasih orang ya makan, kalu gak ada, ya cuma belikan anak aja,” kata dia.

Dirinya juga merasa khawatir dengan adanya razia gelandangan oleh satpol PP. Sehingga tempat untuk istirahat dia berpindah-pindah dan waktunya tidak menentu. Langkah itu menurutnya bisa menghindari razia dari Satpol PP. (rizkyalvian/UTM)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO