BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Musim kemarau basah atau kemarau dengan curah hujan tinggi tahun ini membuat petani tembakau di Bojonegoro gagal panen. Sebab, kondisi tanaman banyak yang mati karena terendam air.
Bahkan, ribuan hektare tanaman tembakau yang tersebar di beberapa kecamatan sudah tidak bisa dipetik daunnya karena kondisinya cukup parah. Daun tembakau tampak layu, kuning dan busuk akibat tergenang air.
Baca Juga: Diguyur Hujan Deras, Tanaman Tembakau Ratusan Petani di Bojonegoro Tergenang Air dan Mati
Salah satu petani tembakau di Desa Bakung, Kecamatan Kanor, Wajiman mengatakan, dari sisi kualitas panenan pertama kali masuk kategori jelek. Kedua dan ketiga tambah jelek, dan sekarang tidak bisa dipanen, lantaran daun tembakau layu dan kering.
"Semua petani tembakau gagal panen. Selain hasilnya buruk, pemasarannya juga sulit karena cuaca," ujar Wajiman, Senin (17/10).
Petani lainnya, Sukarman mengatakan intensitas hujan seminggu terakhir yang bertambah tinggi menjadi faktor utama. Karena, genangan air tidak bisa dibuang dan terus bertambah. Padahal, kebanyakan masih memasuki musim petik produktif.
Baca Juga: Wacana Kenaikan Harga Rokok Bikin Petani Tembakau di Bojonegoro Resah
“Rata-rata baru tiga kali petik. Bahkan, yang tanam bibit belakangan, bisa dipastikan baru akan mulai petik," katanya.
Dikatakan, mereka yang sudah panen, belum merasakan harga bagus. Untuk rajangan halus dengan jenis daun petik ke tiga dan empat masih berada di harga Rp 10.000 per kg hingga Rp 12.000 per kg. Itu harga sebelum hujan turun dan cuaca cukup panas. Namun, sekarang ini bisa jadi harga jauh di bawah itu dan tidak laku.
“Kemarin ada tengkulak yang menawar milik warga hanya Rp 4.000 per kilogramnya. Ini jelas petani tembakau merugi besar,” tutur Sukarman. (nur/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News