JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Sejumlah warga lintas agama di kabupaten Jombang “nyambangi” makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pondok Pesantren Tebuireng pada peringatan Hari Pahlawan Nasional, Kamis (10/11). Meski Gus Dur belum dianugerahi pahlawan nasional oleh pemerintah, namun warga lintas agama justru menyebut Presiden Keempar RI itu sudah lebih dari pahlawan.
Dalam pantauan Bangsaonline, tak peduli hujan deras mengguyur kota santri, umat yang terdiri dari kaum Kristen, Konghucu, Tionghoa, Hindu, Budha, dan Islam itu tetap mendatangi makam Gus Dur. Sembari memakai payung, mereka berdoa secara bergantian sesuai agamanya masing-masing di area makam Gus Dur dengan menyalakan lilin. Usai doa bersama, mereka kemudian secara bersama-sama menabur bunga di atas pusara Gus Dur.
Baca Juga: Puisi Prof Dr 'Abd Al Haris: Pimpin dengan Singkat, Gus Dur Presiden Penuh Berkat
“Bagi kami, justru Gus Dur lebih dari pahlawan. Atas jasa Gus Dur kami bisa berdampingan, bisa hidup rukun. Merasakan keindahan kebersamaan di negeri ini,” kata Pendeta Sholeh dari GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan) Jombang.
Ia menambahkan, level Gus Dur di atas gelar pahlawan dibuktikan dengan banyaknya orang yang mengunjunginya makamnya. Setiap harinya bisa sampai 2000 orang, dari berbagai latar belakang. Kenyataan ini sekaligus merupakan sindiran bagi Pemerintah yang hingga saat ini maju-mundur memberikan gelar kepahlawanan pada Gus Dur.
“Meskipun sudah meninggal dunia, Gus Dur masih tetap bisa membuat orang lain sejahtera. Itu terbukti dengan banyaknya orang yang bisa mendapat penghasilan di sekitar sini (Tebuireng, red),” tandasnya.
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
Yusianto, ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Jombang yang juga hadir menekankan perlunya menghidupkan lagi sosok Gus Dur. “Indonesia tengah berada dalam pusaran radikalisme dan intoleransi. Hanya gara-gara berbeda suku dan agama, orang bisa menista dan menghujat. Ini tidak baik untuk keberlangsungan toleransi di Indonesia,” ujarnya.
Sedangkan Yenny dari Konghucu Jombang mengingatkan setiap orang agar benar-benar meneladani prilaku Gus Dur. “Apa yang Gus Dur lakukan terhadap kami warga Tionghoa, khususnya Konghucu, tidak akan hilang dalam sejarah kami. Tidak ada satu pun orang Konghucu yang tidak menghormati Gus Dur, Dia orang suci,” akunya.
Selain mereka, perwakilan Jemaat Ahmadiyyah Indonesia (JAI) dari Surabaya, Kediri dan Nganjuk juga ikut ke makam Gus Dur. Sedikitnya ada tujuh orang meski sempat terlambat dalam rombongan lintas agama tersebut.
Baca Juga: Tak Ada Data, Keluarga Kiai Besari Minta Gus Miftah Tak Ngaku-Ngaku Keturunan Kiai Besari
"Dalam soal menjaga kebhinnekaan, Gusdur adalah pahlawan. Saat negara ini dipimpin beliau, sungguh terasa kerukunan dan kehidupan yang saling menghormati," tandas Amin, perwakilan Ahmadiyah. (rom/ony/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News