Intan Olovia Banjarnahor (2,5 tahun) saat dalam perawatan rumah sakit sebelum akhirnya meninggal.
SAMARINDA, BANGSAONLINE.com - Seorang balita korban bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda, Intan Olovia Banjarnahor, 2,5 tahun, akhirnya meninggal pada hari ini, 14 November 2016. Intan Olivia yang mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya mengembuskan napas terakhirnya di RSUD AW Syaranie, Samarinda, sekitar pukul 04.30 Wita.
"Anak kami Intan meninggal setengah lima, subuh tadi. Sekarang kami berduka di rumah orang tuanya," kata Robert Sihite, Sekretaris Bendahara Gereja Oikumene, Samarinda Seberang, Senin (14/11).
Rumah duka beralamat di Jalan Jati 3 Blok M RT 27 Nomor 70 Kelurahan Harapan Baru, Samarinda Seberang. Orang tua Intan, Marbun Banjarnahor berduka. Hampir seluruh jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Samarinda Seberang memenuhi rumah duka.
Intan Novia menjadi korban ledakan bom molotov bersama tiga balita lain di Gereja Oikumene, Minggu, 13 November 2016. Intan mengalami luka serius bersama Trinity Hutahayan. Keduanya dirujuk ke RSUD AW Syahranie. Intan dan Trinity mengalami luka bakar hingga 60 persen tubuhnya.
Polisi sudah menahan seorang yang diduga pelaku pengeboman, Juhanda. Dari riwayatnya, pelaku merupakan residivis pelaku pengeboman di Jakarta.
Sementara Kapolri Jenderal Tito Karnavian meminta masyarakat tenang pasca terjadinya serangan bom molotov di depan Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur pada Minggu kemarin. Dia menegaskan bahwa pelaku pelemparan bom dan jaringannya sudah diketahui.
"Ini kan sudah ketahuan pelakunya. Jaringannya sudah diketahui. Ada lima orang lagi sudah ditangkap. Ini sedang dikembangkan," kata Tito kepada wartawan usai upacara HUT ke-71 Korps Brimob di lapangan Mako Brimob, Depok, Jawa Barat (14/11).
Menurut Tito, pelaku bom ini merupakan pelaku lama yang diduga terlibat dalam kasus bom di Serpong dan bom buku. "Jadi dia sekarang bergabung dengan JAT (Jamaah Anshorut Tauhid)," kata dia.
Target pelaku bom Samarinda, kata Tito, adalah menimbulkan kekacauan.
Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan Juhanda adalah pemain lama. "Pelaku belajar merakit bom pada saat di Aceh pada 2009-2011. Kalau dilihat waktunya, jaringan Dulmatin," katanya.
Boy mengatakan setelah kejadian ini, tim Detasemen Khusus 88 bersama unit kepolisian lainnya terus bekerja dalam penyidikan dan penyelidikan mengusut kasus ini. Mereka menggeledah tempat, termasuk di tempat tinggal Juhanda, di sebuah masjid tanpa nama.
Beberapa barang diamankan, seperti laptop dan dokumen. Semua barang dan alat komunikasi ini lantas akan dipelajari oleh penyidik.
Pasca ledakan bom di Gereja Oikumene Kapolda menyatakan kondisi di Samarinda dan Kaltim sudah aman dan kondusif. Warga diminta tetap beraktivitas seperti biasa.
Ledakan bom molotov di halaman Gereja Oikumene mengakibatkan empat balita alami luka bakar. Satu di antaranya, Intan Olivia Banjarnahor meninggal dunia.
Intan mengalami luka bakar mencapai 78 persen di tubuhnya. Saat ini ada tiga korban lain yang masih dirawat di Rumah Sakit Umum daerah AW Syahranie Samarinda. Polisi juga sudah mengamankan pelaku pengeboman, Juhanda.
Jaringan Islam Anti-Diskriminasi (JIAD) Jawa Timur, mendesak pelaku teror bom molotov di Gereja Oikumene, ditindak tegas.
"Kami ingin pelaku ditindak tegas. Kami juga mendorong pemerintah lebih serius melawan praktik intoleransi dan radikalisme," kata Koordinator JIAD Jawa Timur, Aan Anshori.
Mewakili sikap organisasinya, dia sangat prihatin atas pemboman di Gereja Oikomene itu, yang menyebabkan lima balita menjadi korban, dan satu di antaranya akhirnya meninggal dunia akibat luka bakar yang dia derita.
Sementara Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menyerukan kepada seluruh umat Kristen di Indonesia untuk tetap tenang menyikapi ledakan bom molotov di Gereja Oikumene.
PGI minta baik kepada umat Kristen maupun masyarakat lainnya untuk tidak membangun opini liar, terutama di media sosial, yang akan semakin menebar teror dan kebencian.
Selain teror Bom di Gereje Oikumene, teror juga menimpa Vihara Budi Dharma di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, kemarin. Wihara tesebut mendapat serangan bom molotov pada Senin, 14 November 2016, sekitar pukul 03.00 WIB. Tidak ada korban. Kepolisian Daerah Kalimantan Barat langsung membentuk tim khusus untuk mencari pelaku.
"Bom dilempar ke dinding bagian luar vihara," ujar Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Inspektur Jenderal Musyafak dilansir Tempo. Polisi mendapatkan alat bukti berupa botol kaca seukuran minuman suplemen kesehatan, sumbu, dan sisa cairan minyak tanah. Pelaku diduga berjumlah dua orang dengan menggunakan sepeda motor.
Musyafak mengatakan serangan ke vihara tidak berkait dengan bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda. "Saya mengira ini orang iseng yang memanfaatkan situasi. Soalnya, menjelang pemilihan wali kota," katanya.
Musyafak mengatakan bom molotov yang dilemparkan oleh pelaku tidak memiliki daya rusak yang besar. Bom itu hanya menimbulkan bagian dinding yang menghitam. Namun Polri tidak menganggap enteng tindakan tersebut.
Sedangkan di Batu, Jawa Timur, sebuah gereja diteror bom melalui telepon. Pelaku teror gereja di Batu mengucapkan takbir sebanyak tiga kali sebelum menutup teleponnya. Lewat suaranya, penelepon diduga seorang perempuan.
"Keterangan saksi demikian (suara perempuan). Masih kita dalami, suara perempuan atau mirip suara perempuan," kata Kapolres Kota Batu AKBP Leonardus Simarmata, Senin (14/11).
Satpam gereja Katolik Paroki Gembala Baik dan Biara Rubiah Karmil Flos Carmeli menerima telepon dari orang tidak dikenal. Penelepon mengaku akan meledakkan gereja.
"Sekitar pukul 08.30 WIB dari Sekretariat Gereja Paroki Gembala Baik Batu menerima telepon dari orang tidak dikenal, yang menyampaikan gereja akan meledak. Lalu mengucapkan takbir 3 kali," kata Leo.
Setelah menerima teror tersebut, pihak sekretariat melapor ke Polsek yang dilanjutkan ke Polres Batu. Selanjutnya pihak kepolisian melakukan sterilisasi dan menutup gereja dengan police line.
"Setelah itu kita evakuasi seluruhnya yang ada di dalam, sambil menunggu sterilisasi yang dilakukan tim Jihandak Polda Jatim dan K-9," katanya.
Sekitar empat jam, polisi melakukan penyisiran ke lokasi dan tidak ditemukan peledak maupun bahan berbahaya. Polisi menyatakan kolasi aman setelah menyisir beberapa titik lokasi. (mer/det/tic/yah/lan)








