Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - Innahu laysa lahu sulthaanun ‘alaa alladziina aamanuu wa’alaa rabbihim yatawakkaluuna. Innamaa sulthaanuhu ‘alaa alladziina yatawallawnahu waalladziina hum bihi musyrikuuna.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Ayat studi ini (99-100) memang luas sekali cakupannya, karena menyangkut kiprah syetan dalam menyesatkan umat manusia. Kata kuncinya ada pada kata "sulthan", kekuasaan, di mana dengan kekuasaan yang begitu hebat dan ditunjang pengalaman jutaan tahun menggoda umat manusia, tentu syetan kaya referensi. Ya, tapi semua itu tak berdaya apa-apa bagi orang beriman.
Syetan tidak pernah kehabisan akal soal goda-menggoda. Demi menyelamatkan hamba-Nya yang terkasih, Tuhan mengajari agar segera berlindung kepada Pemilik jagad raya ini, Allah SWT. Al-Qurthuby menurunkan dialog indah soal tehnik menghentikan aksi syetan.
Seorang guru sufi bertanya kepada muridnya: Andai syetan datang menggoda kamu beribadah, apa yang kamu lakukan?
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Murid: Akan saya lawan
Guru: Jika dia balik lagi?
Murid: Akan saya lawan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Guru: Jika masih datang lagi?
Murid: Terus saya lawan habis-habisan
Guru: Jika kamu menggembala kambing dan hendak menyebrangkan, tapi anjing galak menghadang jalanmu, apa yang kamu lakukan?
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Murid: Saya usir anjing itu lebih dahulu
Guru: Jika balik lagi dengan membawa teman?
Murid: Aku lawan sekuat tenaga
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
Guru: Itu payah dan lama, muridku
Murid: Lalu gimana?
Guru: Lapor saja kepada pemilik anjing, suruh anjing-anjing itu pergi.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
Begitu halnya cara praktis mengusir syetan. Lapor saja kepada Tuannya syetan, Allah SWT. Kita berlindung kepada-Nya, beres. Syetan pasti kabur terbirit-birit.
Ajaran guru sufi itu menunjukkan bahwa "sultan" (kekuasaan) itu ada di tangan pimpinan puncak. Sekali titah, bereslah perkara. Kasus Ahok yang oleh MUI divonis sebagai penistaan agama tidak segera diproses. Padahal islam adalah agama mayoroitas negeri ini. Hingga akhirnya, 4 November terjadi ratusan ribu pendemo membela agama dan menuntut penista agama segera diadili.
Mestinya tidak perlu terjadi jika Jokowi cepat bertindak. Dia kan punya kuasa, tinggal memberi instruksi, pasti beres, seperti pemilik anjing yang cepat memerintahkan anjing-anjingnya berlaku sesuai perintah. Keadan normal, dan penggembala kambing hidup nyaman berikut selaksa kambing piaraannya.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani
Tapi sayang, Jokowi tidak meneladani sikap Tuhan. Apa Jokowi sengaja?
Kasihan umat islam yang dipojokkan terus, padahal mereka ternista, lalu menunut keadilan. Seharusnya presiden adalah mahapelayan yang cerdas dan pengertian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News