
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur meminta aparat kepolisian mengusut temuan gambar palu-arit di Desa Bilaan, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur.
Ketua PWNU Jatim KH Mutawakkil Alallah menegaskan paham komunis tidak dibenarkan hidup di Indonesia.
"Itu urusannya pak polisi, nanti yang mengusut kebenarannya. Kalau itu benar, ya harus jelas diselidiki," kata KH Mutawakilallah kepada wartawan seusai acara Silaturahim PWNU Jatim dengan Kepala Polda Jawa Timur Inspektur Jenderal Machfud Arifin di kantor PWNU Jatim, Jalan Masjid Al Akbar, Surabaya, Jumat (10/2).
BACA JUGA:
Dia menerangkan konsensus dari para pendiri bangsa, termasuk dari para ulama, dengan Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan konsensus RI. Dia menjelaskan siapa pun yang hendak hidup di bumi pertiwi ini harus percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinan masing-masing.
"Bagi mereka yang tidak mau bertuhan seperti komunis, Indonesia bukan tempatnya," tuturnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Kabupaten Probolinggo, ini menilai penyebaran palu-arit ke tengah masyarakat terkait dengan pertarungan negara-negara besar dalam berkompetisi global.
"Ini dapat mengganggu stabilitas keamanan nasional dan dapat merapuhkan ketahanan nasional. Ini harus diwaspadai," jelasnya.
Sementara Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Irjen Machfud Arifin menduga, penyebaran gambar palu-arit (simbol PKI) yang ditemukan di Pamekasan, Madura, ada upaya adu domba antara aparat dengan aparat dan masyarakat.
"Indonesia ini sangat besar dan sudah disepakati bersama rakyat Indonesia menolak adanya PKI," kata Irjen Pol Machfud Arifin di lokasi yang sama.
"Itu ada upaya adu domba, mungkin bisa antara aparat dengan aparat dengan masyarakat," tuturnya.
Dia juga menilai ada ingin yang memperkeruh suasana di Madura. Apalagi saat adanya temuan gambar palu-arit di Pamekasan bersamaan harinya dengan kehadiran Rois Aam PBNU yang juga Ketua MUI Pusat KH Ma'ruf Amin di Sampang.
"Pada saat ada kiai Ma'ruf Amin ke sana (Madura) kok ada itu," tuturnya.
Machfud menegaskan, sampai saat ini kepolisian masih terus menyelidiki temuan gambar palu-arit. "Masih lidik. Saya belum dapat laporan dari bawah," tandasnya.
Machfud meminta masyarakat Jawa Timur menyikapi penemuan gambar palu-arit itu secara jernih. Ia menganggap gambar palu-arit itu sebagai upaya pihak tertentu untuk mengadu domba antara aparat dan masyarakat. Karena itu, dia meminta semua pihak tidak terpancing dan terprovokasi.
Sebelumnya, Kamis, 9 Februari 2017, gambar palu-arit ditemukan di sejumlah titik di Desa Bilaan, Kecamatan Proppo. Di antaranya, ditemukan di tiang jembatan dan di tempat wudu Masjid Al-Ikhlas serta di sejumlah plang dekat kompleks Pondok Pesantren Darut Tauhid.
Gambar serupa ditemukan di sekitar Pondok Pesantren Al-Mujtama, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, dan Banyuanyar. Setelah mendapat laporan tentang temuan gambar palu-arit, polisi dan anggota TNI langsung menghapus atau menutupnya dengan cat warna hitam.(detik.com)