TUBAN, BANGSAONLINE.com - Warga Desa Margerejo, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban mengeluhkan pelayanan bidan desa setempat. Yang dikeluhkan yakni, pelayanan yang dinilai tidak ramah kurang profesional, dan bahkan terkadang memasang tarif melebih ketentuan yang berlaku saat menangani ibu melahirkan.
Seperti yang dialami Sulasih (32), istri dari Ngatmiran (34) warga Desa setempat. Kepada BANGSAONLINE.com, Senin (13/3), ia bercerita, bahwa saat memeriksakan diri ke bidan desa tersebut, tiba-tiba disuntik tanpa melihat kondisi yang dialami. Padahal pada saat itu dirinya sedang mengalami sakit dan lemas.
Baca Juga: Masyarakat Keluhkan Tingginya Denda Tilang yang Dijatuhkan PN Tuban, Tertinggi Rp750 ribu
"Seketika itu tanpa bertanya dan memeriksa badan pasien, bidan desa atas nama Inayah langsung memberi suntikan. Saya pun tidak berani menolak," ujar Sulasih saat berada di kediamannya.
Setelah mendapatkan suntikan tersebut, selang kurang dari seminggu Sulasih mengalami pendarahan pada rahimnya. Suaminya pun langsung memeriksakan ke bidan desa tetangga sebelah. Hasilnya, bidan desa sebelah memberikan isyarat agar Sulasih dirujuk ke rumah sakit Ibu dan Anak "Fatma" Bojonegoro.
"Sebelum dirujuk ke rumah sakit, sempat diperiksa oleh bidan lain, dan ia mengatakan orang hamil kok disuntik mbak," ujar Sulasih menirukan bidan yang sudah senior itu.
Baca Juga: Penyidik Satreskrim Polres Tuban Mulai Periksa Korban Dugaan Penggelapan Dana BMT AKS Bancar
Sulasih menduga, suntikan itulah yang membuat dirinya pendarahan pada janinnya. Hal itu diketahui setelah ada rujukan dan hasil rontgen dari rumah sakit. Bahkan, bidan tetangga sebelah juga menyayangkan adanya penyuntikan itu.
"Iya katanya bu bidan desa sebelah itu, mbak, lah wong hamil kok disuntik," ujarnya.
Akibat kejadian yang menimpanya, Sulasih berharap, kejadian itu agar tidak terulang dan menimpa orang lain. Karena terjadi pendarahan hingga membuatnya terpaksa melakukan kuret atau pembersihan sisa-sisa janin dalam rahim.
Baca Juga: Warga Resah Kawasan GOR Tuban Marak Aksi Maling Motor dan Helm
"Kulo kapok, soalnya berniat konsultasi untuk diperiksakan badan, malah tiba-tiba disuntik. Tahunya saya hamil ada janin bayi meninggal di rahim, terus dioperasi," kata Sulasih.
Selain Sulasih yang mengeluh penanganannya saat konsultasi, pelayanan bidan desa di Margorejo yang juga dikeluhkan adalah tarif yang dinilai mahal. Tidak tanggung-tanggung, biaya persalinan dipatok sekitar Rp 1 juta. Padahal sesuai perda, untuk persalinan umumnya hanya dikenai sekitar Rp 600 ribuan.
"Kalau pakai BPJS pasien dikenai biaya Rp 350 ribu, sedangkan jika tidak pakai BPJS dikenakan biaya Rp 1 juta," ujar warga lain yang identitasnya minta tidak diwartakan.
Baca Juga: Lewat Restorative Justice, Kejari Tuban Selesaikan Kasus Penganiayaan
Terpisah, Prih Utari, Kepala UPT Pukesmas, tidak bisa berkomentar banyak saat dikonfirmasi terkait hal ini. Ia malah terkesan menyalahkan bidan tersebut.
"Paramedis seperti bidan atau perawat seharusnya dalam bertugas harus mengabdi kepada masyarakat. Tapi kalau soal indikasi yang terjadi di Desa Margorejo, itu ranah wilayah lain. Sebab, di sini (Parengan) UPTD Kesehatan terbagi dua wilayah kerja," kilahnya.(ahm/wan/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News