Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - Man kafara biallaahi min ba’di iimaanihi illaa man ukriha waqalbuhu muthma-innun bial-iimaani walaakin man syaraha bialkufri shadran fa’alayhim ghadhabun mina allaahi walahum ‘adzaabun ‘azhiimun (106).
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Nabi Muhammad SAW itu manusia wahyu. Ucapannya penh makna dan tidak pernah salah. Hamzah, sang paman diberi julukan "Asaddullah" (Macan Allah), sedangkan Khalid ibn al-Walid yang masuk islam akhir masa risalah, tahun 8 hijriah diberi julukan "Saifullah" (pedang Allah). Apa makna gelar itu?
Antara macan dengan pedang memang sama-sama mengekspresikan kekuatan dahsyat, sama-sama simbol kesaktian yang mematikan, sekaligus menakutkan. Meski sangat gigih dan ahli dalam perang padang pasir, tapi beda.
Gelar "asad" (macam), hal mana macan adalah hewan bernyawa, maka bisa dibunuh meski susah. Dan benar. Paman Hamzah terbunuh di medan Uhud oleh Wahsyi, budak yang ditugasi khusus membunuh Hamzah oleh Hindun, majikannya. Hamzah dijebak dan dibunuh secara licik, bukan berhadapan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Tidak sama dengan Khalid ibn al-Walid yang digelari "Saifullah" (pedang Allah). Saat ajal sudah dekat, sembari memandangi dan mengelus bekas lukanya yang hampir memenuhi sekujur tubuh, Khalid meratapi diri sendiri dan berkata memelas: "Oh sungguh kasihan dirimu, Khalid... Khalid. Sekian perang engkau ikuti dan sekian luka menghiasi tubuhmu, tapi engkau mati di tempat tidur kayak matinya Himar". Ya, seperti layaknya prajurit muslim, Khalid ingin mati syahid di medan perang dan merasa hina mati di tempat tidur. Tapi Tuhan berkehendak lain.
Seorang sahabat yang sedang berada di sampingnya segera membesarkan hatinya dan berkata: "Rasulullah SAW memuliakanmu dengan memberi gelar "Saifullah". Gelar itu sangat terhormat dan hanya milikmu. Mana mungkin pedang Allah bisa patah oleh pedang manusia. Jika kamu mati di medan perang, maka gelar itu bohong dan Rasulullah SAW tidak pernah bohong. Berbahagialah engkau memiliki gelar itu."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News