SELAIN semarak oleh gelaran sedekah bumi oleh warga sekitar, makam Mbah Karimah Wiroseroyo mengalami puncak-puncak ramainya pada saat haul. Begitu luar biasanya sampai-sampai parkir mobil diparkir mulai KBS (Kebun Binatang Surabaya) sampai Terminal Kupang (dulu pasar burung) tersebut tersebar sampai di kanan dan kiri jalan.
“Sepanjang Jalan Diponegoro penuh parkir mobil serta bus,” ungkap H Mansyur, Ketua Yayasan Masjid Rahmat Surabaya, kepada Bangsaonline.com saat menggambarkan Haul Mbah Karimah Wiroseroyo digelar belum lama ini tepatnya pada Jumat (3/3) lalu.
Baca Juga: Ngabuburit di Masjid Al-Akbar Berhadiah Motor
Demikian juga berlaku di ruas Jalan Kartini yang dipenuhi parkir sepeda motor, mobil hingga bus itu. Pemandangan kepadatan manusia saat haul itu ditambah lagi dengan kehadiran bazaar Masjid Rahmat yang dibuka mulai sore pukul 15.00 WIB hingga keesokan harinya pukul 05.00 WIB (ba’da Shubuh).
Untuk bazaar ada lebih dari 400 stand yang memenuhi Jalan Chairil Anwar, Jalan Prapanca, Jalan Hamzah Fansuri, pada malam hari bersamaan dengan Ishari. Seketika jalan disekitar Masjid Rahmat yaitu Jalan Kembang Kuning dan Jalan Khairil Anwar penuh dengan pedagang kaki lima. “Bahkan beberapa pedagang ada yang meluber sampai ke Jalan Diponegoro,” ungkapnya.
Ramainya pedagang juga diimbangi dengan banyaknya jamaah yang hadir di acara haul Mbah Karimah itu. Mereka berduyun-duyun datang ke makam Mbah Karimah dan Masjid Rahmat dari berbagai daerah seperti Pasuruan, Tuban, Gresik, Kediri, Trenggalek, Malang dan lain sebagainya.
Baca Juga: Puluhan Bonek-Bonita Jarak-Dolly Berbagi Takjil Nasbung dan Jajanan
Yang luar biasa lagi adalah hadirnya para jamaah dari seni shalawat Ishari (Ikatan Seni Hadrah Indonesia) yang menyemarakkan Haul Mbah Karimah Wiroseroyo. Ishari adalah seni pembacaan salawat yang diiringi dengan terbang (rebana) dan gerakan tarian dari puluhan laki-laki (rodat).
“Dengan hadirnya sebanyak 24.000 jamaah, minimal yang hadir 18.000 jamaah, Ishari di Haul Mbah Karimah ini mengalahkan haul-haul yang ada di daerah lain. Seperti di Sunan Ampel, Sunan Giri atau haulnya Syech Maulana Malik Ibrahim,” ucapnya.
Dari 24.000 jamaah Ishari itu semuanya mendapat jamuan makan tanpa terkecuali. Hingga panitia sampai menyembelih sapi sebanyak tiga ekor itu masih kurang. “Sehingga yang membantu memasak itu satu kali memasak 1 kuintal daging sapi,” kenangnya.
Baca Juga: Jaga Rasa Kekeluargaan, Pemuda Pancasila Dukuh Pakis Gelar Bukber Bersama Beralaskan Daun Pisang
Dalam haul itu ada juga Qotmil Quran bil Ghoib yang dihadiri oleh Hafidz-Hafidzah se-Jatim sekitar 700 orang untuk membaca Quran tanpa buka Quran (ghaib), yakni dengan hafalan.
Untuk meringankan beban, oleh panitia disebarlah mereka ke masjid dan musala di sekitar Masjid Rahmat, termasuk di rumah Ketua Yayasan Masjid Rahmat, Mansyur, yang beralamatkan di Jl Raya Pakis No. 76, Kel. Pakis, Kec. Sawahan, Surabaya.
Haul Mbah Karimah Wiroseroyo digelar setiap akhir Jumadil Awal atau awal Jumadil Akhir. Sekarang haul yang ke berapa, sekitar 500-an lebih meninggalnya, sejaman dengan Sunan Ampel. “Ada cerita tersendiri dibalik penetapan waktu haul Mbah Karimah itu,” tandasnya.
Baca Juga: Peduli, IKA Stikosa AWS bersama Gusdurian dan INTI Bagikan 200 Paket Takjil
Jaman dahulu sebelum peringatan haul sekarang ini, ada pertanda alam yakni kumbang kuning (lebah berpunggung warna kuning) terbang dari makam Mbah Karimah menuju Masjid Rahmat. “Saat pagi ke masjid lalu pergi pada sore harinya,” ceritanya.
Kejadian itu sering terjadi saat menjelang Haul Mbah Karimah. Sekarang pun masih ada lebah (tawon) yang beterbangan tapi tidak sebanyak dulu. “Terkait kebiasaan kumbang itu yang sering terjadi pada akhir Jumadil Awal dan Awal Jumadil Akhir itu maka Haul Mbah Karimah sering digelar pada kedua waktu tersebut hingga sekarang,” tegasnya. (ian/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News