
PACITAN, BANGSAONLINE.com - Potensi pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Pacitan dari tahun ke tahun memang cenderung mengalami kenaikan. Meski begitu, sektor pariwisata masih jauh tertinggal dibanding sektor retribusi rumah sakit daerah (RSD) dan PBBP2. Hal tersebut tentu sempat memunculkan opini, penyumbang pendapatan tertinggi di Pacitan berasal dari masyarakat yang sakit.
Kepala BPKAD Pacitan, H. Heru Sukresno mengungkapkan, dari RP 139 miliar potensi PAD yang tertera dalam Perda APBD induk Tahun 2017, memang sempat ada kenaikan menjadi Rp 191 miliar pada perubahan anggaran keuangan.
"Kenaikan itu banyak disumbang dari dana BOS, sebesar kurang lebih Rp 47 miliar. Ditambah potensi-potensi lain yang ada di OPD-OPD penghasil. Termasuk BLUD RSD, Bapenda, Pariwisata dan lainnya," ujar Heru, Rabu (6/9).
Sebagai nahkoda di OPD yang punya tupoksi pengelola anggaran, Heru mengakui, sektor wisata memang masih berada di peringkat empat setelah RSD, Bapenda serta Dinkes. Persoalan tersebut ditengarai lebih dipengaruhi beberapa hal terkait pengelolaan tiket masuk serta daerah tujuan wisata (DTW) yang tidak sepenuhnya dikelola oleh pemkab. Melainkan masih banyak obyek-obyek wisata di Pacitan yang dikelola masyarakat. Apakah di situ ada kebocoran, Heru enggan memastikan tengara tersebut.
"Kita akan fokuskan pada penerapan e-ticketing di semua daerah tujuan wisata (DTW)," dalihnya.
Sementara itu, Kepala Bapenda Pacitan, Winardi menerangkan, pihaknya terus berupaya semaksimal mungkin menggenjot kenaikan PAD. Meski terbilang berat, namun upaya tersebut diakuinya perlahan sudah mulai menampakan hasil. Indikatornya terlihat dari kenaikan jumlah wajib pajak (WP) di luar PBBP2.
"Dulu jumlah WP di luar PBBP2, hanya sekitar 1.500-an. Tapi sekarang sudah bertambah menjadi sekitar 2.100-an WP, atau ada kenaikan sekitar 60,2 persen dengan potensi pendapatan sekitar Rp 1,5 miliar," tuturnya di tempat terpisah. (yun)