NGAWI, BANGSAONLINE.com - Awal pergantian tahun baru Islam atau di bulan Muharram ini, biasanya identik dengan ritual, khususnya untuk kalangan orang Jawa. Demikian juga dengan masyarakat daerah Ngawi dan sekitarnya.
Pada awal masuknya bulan Muharram ini, salah satu tempat yang ramai dikunjungi adalah Srigati yang dikenal dengan Alas Ketonggo. Lokasi Pesanggrahan Srigati terletak 12 Km arah barat daya kota Ngawi, tepatnya di Desa Babadan Kecamatan Paron. Lokasinya cukup strategis, karena bisa ditempuh dengan berbagai alat transportasi/kendaraan bermotor.
Baca Juga: Peringatan Tahun Baru Islam 1446 H, Khofifah Berpesan untuk Perkuat Solidaritas Kemanusiaan
Pesanggrahan Srigati merupakan obyek wisata spiritual yang menurut masyarakat Jawa merupakan salah satu dari alas (hutan) angker atau wingit. Menurut penduduk setempat adalah pusat keraton lelembut/makhluk halus. Di lokasi ini juga terdapat petilasan Raja Brawijaya.
Konon, tempat ini dulunya adalah tempat peristirahatan Prabu Brawijaya V setelah lari dari kerajaan Majapahit karena kerajaan diserbu oleh bala tentara Demak di bawah pimpinan Raden Patah. Di sini, terdapat Pelenggahan Agung yang banyak dijadikan sebagai tempat bermeditasi bagi mereka yang ingin ngalap berkah dalam usaha dan lain-lain.
Masyarakat sekitar percaya bahwa pelenggahan tersebut merupakan tempat di mana Raden Wijaya bertapa mencari petunjuk sebelum membangun kerajaan Majapahit di Srigati. Juga terdapat sebuah batu besar yang biasa di sebut "Watu Gede". Konon, di sinilah pintu gerbang kerajaan "Dunia Lain" yang ada di sana. Selain itu, di sini ada sebuah tempat bertemunya dua muara sungai yang disebut "Kali Tempuk" yang sering digunakan untuk mandi bagi mereka yang mendalami ilmu kekebalan, agar awet muda, dan berbagai tujuan lainnya.
Baca Juga: Hadiri Perayaan Tahun Baru Islam di Gempol, ini Janji Gus Mujib
Dengan adanya daya tarik tersendiri itulah tempat ini ramai dikunjungi. Biasanya pada saat 1 Muharam atau pergantian malam bulan Hijriyah selalu dipadati ribuan pengunjung dari berbagai daerah. Sejak waktu mulai beranjak malam para pengunjung mulai berdatangan. Mereka ada yang datang dengan cara berkelompok dan perseorangan. Terlihat dari plat nomor mobil yang dipakai pengunjung, mulai daerah Yogyakarta, Solo, Semarang.
"Saya setiap bulan Syuro selalu datang ke sini untuk mandi di sungai tempur, sambil berdoa agar lancar mencari rejeki juga kesehatan," jelas Suparmiati (45), warga Solo saat ditemui Bangsaonline.com.
Baca Juga: Sambut Tahun Baru 1446 H, Pemkot Mojokerto Gelar Ngaji Bareng Gus Mus
Acara ritual yang dilakukan para pengunjung di Alas Srigati waktunya pun bervariasi, mulai tengah malam sampai waktu shubuh. Dan begitu juga tempatnya berlainan karena di lokasi Alas Srigati sendiri ada sekitar 12 lebih tempat petilasan. Seperti Punden Krepyak Syeh Dombo atau Palenggahan Agung Brawijaya, Padepokan Kori Gapit, Palenggahan Watu Dakon, Sendang Drajat, Sendang Mintowiji, Goa Sido Bagus, Sendang Suro, dan Kali Tempur.
Menurut juru kunci Alas Srigati, Ki Among Jati, para pengunjung yang datang di Alas Srigati biasanya mereka ingin napak tilas mengenang sejarah di mana Raja Majapahit yaitu Prabu Brawijaya V singgah terlebih dahulu di Alas Srigati untuk melepaskan baju kebesarannya sebelum melanjutkan perjalanan ritual ke puncak Gunung Lawu.
‘’Di sini pengunjung mempunyai berbagai permintaan untuk dikabulkan dari Yang Maha Kuasa, seperti minta kesehatan, keselamatan dan masih banyak lagi. Dan jangan dianggap di Alas Srigati ini melakukan hal-hal yang menyimpang. Untuk hari biasa yang ramai dikunjungi yaitu pada hari malam Jum’at Kliwon, Jum’at Legi dan malam Selasa Kliwon,’’ pungkas Ki Among Jati pada Bangsaonline.com. (nal/rev)
Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Ikuti Doa Bersama Tahun Baru Islam 1446 H di Ponpes Lirboyo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News