BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - "Tembheng Macapat" adalah sebutan macopat dari Pulau Madura. Biasanya dalam pembacaan macopat ini diiringi dengan alunan musik.
Seiring dengan penyebaran dan perkembangan agama Islam di berbagai wilayah nusantara, Tembheng Macapat inipun menyebar ke Madura.
Baca Juga: Upacara Harjad ke-494 Kabupaten Pamekasan Hadirkan Ratusan Penari Topeng Getak dan Ronggeng
Tembheng Macapat Madura berawal dari Jawa. Dan pada dasarnya merupakan kumpulan dari beberapa Tembhang Jawa Kuno. Yang setiap baris kalimat disebut gatra dan setiap gatra memiliki sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu.
Di Madura sendiri Tembhang Macapat dalam bahasa Jawa akan diubah menjadi bahasa Madura. Pada umumnya macapat memiliki arti yaitu “Maca Papat-papat” yang memiliki arti cara membaca Tembheng Macapat ini terjalin tiap empat suku kata.
Tembheng Macapat Madura memiliki ikatan aturan, Tembheng yaitu jumlah gatra (padde) dari masing – masing tembheng berbeda, mengikuti aturan guru lagu dan guru wilangan yang sama. Tembheng Macapat Madura memiliki keunikan tersendiri yaitu lebih diutamakan cengkok atau lagu pada tembheng itu.
Baca Juga: Pertama Kali di Pamekasan, Gebyar Musik Daul se-Pulau Madura
Tembheng biasanya digelar warga Madura ketika memiliki hajatan. Nur (52), satu tokoh pentas Tembheng Macapat yang berasal dari Kecamatan Gapura, Sumenep, mengatakan, “Kesenian Tembheng Macapat Madura ini masih dijaga oleh masyarakat Madura. Kesenian Tembheng Macapat Madura ini sudah saya naungi selama 10 tahun. Saya bisa melestarikan kesenian ini bersama teman-teman pemain lainnya,” tutur Nur, satu anggota Kesenian Tembheng Madura.
Jenis Tembheng Macapat Madura, dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu Tembheng Raja, Tembheng Tengahan dan Tembheng Macopat atau Tembheng Kene’.
Tembheng Macapat atau Tembheng Kene’ merupakan tembheng yang biasa dimainkan di Pulau Madura. Jenis dari tembheng ini ada 11 macam tembheng yaitu Salanget (Kinanti), Pucung, Mejil (Medjil), Maskumambang, Durma, Kasmaran (Asmaradana), Pangkor, Senom (Sinom), Artate’ (Dandanggula), Megattro (Megatruh), Gambuh.
Baca Juga: Puncak Dies Natalis, FIP UTM Targetkan Sekolah Musik di Madura
Jika dipilah-pilah isinya, antara lain:
1. Tembheng Salanget (Kinanti) merupakan tembheng yang melukiskan cerita – cerita percintaan (kasih sayang)
2. Tembheng Pucung adalah tembheng tentang sembrana parikena (sembarang) yang biasanya dipakai untuk menceritakan hal-hal yang ringan, jenaka atau teka-teki.
Baca Juga: Diresmikan, Pamekasan Kini Miliki Rumah Budaya Pelestarian Keris
3. Mejil (Medjil) yaitu tembheng yang mengungkapkan dan melukiskan rasa sedih. selain itu Medjil uga memuat pula kisah-kisah nasehat yang berisi tentang kebesaran Sang Pencipta.
4. Maskumambang (Kumambang) memiliki arti mengapung.
Ini satu Tembheng Maskumambang:
Baca Juga: Harga Pakaian Sakera-Marlena Naik Hampir 3 Kali Lipat, Diduga Akibat Surat Edaran dari Disdik
Mon nyeroan ratona banne ngerenge
Mastena nyeroan
Tao se ekabhutowen
Baca Juga: Tutup Gebyar Budaya Madura 2019, Kapolda Jatim Lepas Lomba Kerapan Sapi
Dha’ ka oreng a manfaat
Artinya : kalau lebah pemimpinnya bukan kecoak, seharusnya lebah mengerti tentang kebutuhan kepada manusia yang sangat bermanfaat.
5. Durma (Sima) memiliki arti harimau, dengan isi cerita yang cenderung keras. Karena tembheng ini melambangkan tiga nafsu manusia yang mewakili nafsu angkara, nafsu mudah marah serta nafsu birahi. Tembheng ini menggambarkan cerita-cerita perkelahian, perang serta kondisi psikologi.
Baca Juga: Kapolda Jatim Gelar Gebyar Budaya Madura: Ada Lomba Kerapan Sapi hingga Pemilihan Kacong Jebbing
6. Asmaradana (Kasmaran) dalam arti Madura disebut kesemsem yang artinya jatuh cinta atau kasmaran. Tembheng ini biasanya digunakan untuk menggambarkan perasaan cinta ataupun rasa sedih. selain itu juga memberikan gambaran rasa senang, bahagia tidak ada pikiran susah dan senantiasa berada dalam kondisi gembira.
Ini Contoh tembang Asmaradana:
Dhu tang ana’ reng se raddhin, se gentheng pole parjuga
Baca Juga: Ajang Kontes "Sape Sonok" jadi Bagian Promosi Wisata Nasional "Kemilau Madura"
Sopaja enga’ ba’na kabbhi jha’ odhi’ bedheh neng dunnyah
Koddhu ba’na enga’a, sabbhen are korang omor, sajen abit, sajen korang
Sabelun dhepa’ ka jenji, la mara pong – pong sateya
Bannya’-bannya’ pangabekte, alakowa parentana, jeu’i larangannah
Gusteh Allah Maha Agung, ngobesanne alam dunnyah
Dhu tang ana’ estowaghi , asareya kabecce’an menangka sangona odhi’
Neng dunnyah coma sakejhe’ , omor ta’ asomaja tako’ dhapa’ dhe’ ka omor
Abelih ngadep dhe’ Allah
Artinya: Duh, anak-anak yang cantik yang bagus dan gagah, supaya kamu ingat semua, hidup ada di dunia, harus kamu perhatikan, setiap hari umur berkurang. Sebelum sampai ke janji, ayo kerjakan sekarang juga, banyak-banyak berbakti, kerjakan perintah Tuhan, jauhi larangan Tuhan, Gusti Allah Maha Agung menguasai alam dunia. Duh anak yang mendapat restu, carilah kebajikan, sebagai bekal hidup, takut sampai kebatasnya umur, kembali menghadap Allah Swt.
7. Pangkor yang artinya penghujung, tembheng ini biasanya ditembhengkan pada pada bagian suatu cerita.
Ini contoh Pangkor:
Raje ongghu paneremannah
Tanemmanna pon la ngelebhi’i oreng
Oreng se mratane lebur
Kalamon cokop landhu’na
Buwana ba’ lebba’ ka bungka’enna dhuluk
Nyaman bei long polongan
Panyeramanna la mare
Artinya: besar sekali rasa syukurnya, tanamannya sudah setinggi orang, orang yang merawat gembira, jika sudah cukup mencangkulnya, buahnya lebat sampai pohonnya meliuk, jika sudah butuh mengambil, sebelumnya setiapsaat disiram.
8. Senom (Sinom) biasanya tembheng ini dipakai untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat romantis baik dalam hubungannya dengan kisah percintaan ataupun hubungan antar sesama manusia.
Ini contoh Senom:
Saklangkong loros bungkana
Pappa bi’ tolop dha’ andhi’
Dhauna bi’ topeng padha
Buwa bannya’raa kene’
Dha’ bungka padha nyelpe’
Ta’ asa pesa apolong
Se ngodheh biru bernana
Ding la towa aobe koneng
Mon buweh eporrak, bigi katon kabbhi
Artinya: pohonnya sangat lurus, pelepah dan ranting tidak punya, daunnya bisa dipakai payung, buahnya banyak besar dan kecil, bersatu melekat pada pohonnya, bersatu tidak terpisah, yang muda biru warnanya, bila tua berubah jadi warna kuning, kalau buah sudah dibelah, biji baru kelihatan.
9. Artate’ (Dhandanggula) terdiri dari dua kata yaitu dhandang yang artinya pangarep dan gula artinya manis. Tembheng ini mempunyai maksud dan sebuah pengharapan tentang sesuatu dengan tujuan akhir mencapai kebaikan. Dan untuk mengungkapkan perasaan suka cita ataupun ketika mencapai sebuah kemenangan.
10. Megattro (Megatruh), tembheng ini biasanya melukiskan perasaan kecewa ataupun kesedihan yang mendalam.
11. Gambuh menjelaskan tentang segala sesuatu yang bisa diatasi. (Tari/UTM)
Acara tembheng macapat. foto: istimewa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News