Tekstur Tanah dan Kondisi Geografis jadi Penyebab Tanah Longsor di Pacitan

Tekstur Tanah dan Kondisi Geografis jadi Penyebab Tanah Longsor di Pacitan Wardoyo

PACITAN, BANGSAONLINE.com - BPBD Kabupaten Pacitan sempat merilis bahwa penyebab tingginya musibah bencana tanah longsor di Pacitan salah satunya karena kurangnya vegetasi di kawasan hutan. ‎Pernyataan tersebut sebagaimana pernah dilontarkan Ratna Budiono, Sekretaris BPBD Pacitan.

Namun, Kepala UPT Pengelolaan Hutan Kewilayahan I (PHW) Dinas Kehutanan Pemprov Jatim, Wardoyo, kurang sependapat dengan hal ini.

Baca Juga: Gubernur Khofifah Ingatkan 22 Daerah di Jatim Rawan Longsor dan Banjir

"Kalau bicara vegetasi, hampir di seluruh kawasan hutan di Pacitan tidak ada yang gundul. Bahkan mencari lahan kosong untuk ditanam kita sangat kesulitan. Ini menandakan kalau masyarakat sangat sadar untuk menanami lahannya dengan tanaman kayu-kayuan," ujarnya, Rabu (18/10).

Meski begitu, Wardoyo tidak menampik bila kawasan hutan lindung di kabupaten berjuluk Kota 1001 Goa tersebut memang masih relatif minim. Sebagaimana data yang ada, kawasan hutan lindung hanya tercatat seluas 242,8 hektar. Sedangkan kawasan hutan produksi seluas 1.728,4 hektar, dan hutan konservasi seluas 35,3 hektar.

"Hutan-hutan negara itu tersebar hampir di dua belas kecamatan. Namun yang paling luas ada di Kecamatan Pacitan, Pringkuku, Nawangan serta Bandar," jelasnya pada awak media.

Baca Juga: Tanah Longsor Kembali Melanda Sejumlah Wilayah di Pacitan

Soal kebencanaan, khususnya tanah longsor, Wardoyo lebih sependapat jika penyebab utamanya karena tekstur tanah di Pacitan yang lembek, sehingga mudah tergerus air saat diguyur hujan.

Selain itu juga kondisi geografis yang bergunung dan berbukit. Karena itu yang paling mendasar bagaimana meminimalisir dampak bencana dengan pendirian bangunan sipil teknis yang berfungsi mengendalikan serta menahan terpaan air saat musim penghujan.

"Selain terus melakukan gerakan penanaman kembali di kawasan hutan hak, kita juga terlibat langsung dalam kegiatan pembangunan sipil teknis. Seperti pembangunan dum pengendali, dum penahan air serta gully plug," tuturnya. (yun/rev)

Baca Juga: Abrasi Bantaran Sungai Grindulu di Desa Mentoro Ancam 64 Kepala Keluarga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO