Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .
Subhaana alladzii asraa bi’abdihi laylan mina almasjidi alharaami ilaa almasjidi al-aqshaa alladzii baaraknaa hawlahu linuriyahu min aayaatinaa innahu huwa alssamii’u albashiiru (1).
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
"...mina almasjidi alharaami ilaa almasjidi al-aqshaa". Itulah rute perjalanan al-isra', dari masjid ke masjid. Sisi fisik, masjid mesti harus dibangun lebih dahulu sebelum rumah tinggal. Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, beliau numpang di rumah Abu Ayub al-Anshary.
Dipersilakan menempati lantai atas agar lebih tenang, tapi beliau memilih lantai bawah agar lebih mudah berkomuikasi dengan para sahabat.
Seenak-enaknya wong numpang, masih enak di rumah sendiri. Manusiawi, jika awal kali yang dipikir adalah membangun rumah tinggal agar tidak terus-terusan numpang. Tapi tidak begitu yang dilakukan Nabi. Justru mengajak masyarakat gotong-royong membangun masjid lebih dahulu. Cukup satu kamar sederhana di sebelah masjid sebagai rumah tinggal beliau. Rumah super bersejarah itu tidak dilestarikan, masuk dalam masjid, dan itu lebih bermaslahah.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Jika ada masjid yang tidak terurus, bangunan fisiknya buruk, atapnya bocor, tempat wudlunya tidak representatif, sementara ekonomi penduduk sekitar banyak yang kaya, maka mereka berdosa. Mukmin mesti memperhatikan rumah Allah, rumah ibadah, meski tetap memperhatikan rumah sendiri. Hanya mukmin sungguhan yang peduli masjid.
Al-marhum presiden RI kedua, pak Soeharto. Okelah soal kebijakan politiknya, antara kroni yang memuji dan korban yang mencaci. Semoga Tuhan mengampuni. Tapi bagusnya adalah, kebijakannya memotong gaji semua pegawai negeri sekian rupiah, angka sangat sedikit waktu itu. Karena banyaknya jumlah pegawai negeri dan dalam waktu lama, maka terbangunlah sekian ribu masjid di negeri ini, hinggga pak Harto dijuluki sebagai presiden paling banyak membangun masjid di dunia.
Rahmat Tuhan sangat luas melampaui segala sesuatu dan ampunan-Nya melampaui batasan semua dosa, maka sangat mungkin beliau masuk surga bukan karena ibadah mahdhahnya, apalagi kebijakan politiknya, melainkan karena lantaran masjid muslim pancasila yang dibangun dari kebijakannya.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News