Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .
Subhaana alladzii asraa bi’abdihi laylan mina almasjidi alharaami ilaa almasjidi al-aqshaa alladzii baaraknaa hawlahu linuriyahu min aayaatinaa innahu huwa alssamii’u albashiiru (1).
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
"Subhaana alladzii asraa bi’abdihi laylan..". Dikedepankan sifat kemahasucian-Nya lebih dahulu, baru mengikrarkan peran-Nya sebagai Tuhan yang beraksi, memperjalankan. Baru ditunjuk obyek yang diperjalankan, yaitu hamba-Nya sendiri. Lalu diberitahukan waktu aksi-Nya, yaitu waktu malam.
"... mina almasjidi alharaami ilaa almasjidi al-aqshaa". Lalu, disebutkan rute perjalanan spektakuler tersebut dengan jelas dan definitif, ada start dan ada finis. Dari al-masjid al-Haram ke al-Masjid al-Aqsha.
Beberapa telah dikemukakan tafsirnya, kini runtut, bahwa betapa Tuhan dalam peristiwa al-Isra' ini mesti memamerkan Diri-Nya sebagai Dzat yang super digdaya mutlak karena Diri-Nya sendiri yang memang Digdaya tanpa ada campur tangan siapapun. Artinya, adalah doktrin keras, bahwa orang beriman mesti lebih dahulu mendasari segala persepsi, pemikiran, anggapan, anggitan dengan Dzat Tuhan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Seorang sufis memetik hikmah dari kata "tasbih", baik Subhan (masdar), Sabbaha (madli), Yusabbihu (mudhari'), maupun Sabbih (amar) yang menjadi kata pembuka pada surah tertentu, bahwa seorang muslim seharusnya aktif meng"ON"kan hatinya dengan selalu bertasbih kepada Allah SWT, kapan saja dan di mana saja.
Tidak bermaksud mengangkat persoalan khilafiyah yang berdimensi pro dan kontra, tapi sekedar menunjuk hikmah, bahwa acara tahlilan, Yasinan, wiridan yang di dalamnya ada bacaan tasbih dan dibaca bersama dengan suara keras berirama, sesungguhnya itu : selain ibadah juga ibarat nge"charge" hati yang mulai low battery atau bahkan sudah kosong tanpa energi.
Dengan mengisi daya, hati kita bisa "ON" dan sinyal menguat sehingga connect dengan-Nya. Dengan daya munajah yang kuat, kita lebih mudah mengakses situs-Nya. Tidak hanya itu - selanjutnya - mudah sekali mendownload rahmat-Nya. Harus jujur diakui, sebagai manusia, - meski beriman - kita sering lupa kepada Tuhan dan hanya pada menit-menit tertentu saja kita ingat dan bersambung dengan-Nya. Walhasil, banyak waktu blank dari-Nya, ketimbang "IN" dengan-Nya.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Bagi mereka yang punya agenda Wiridan, Tahlilan, Yasinan, Istighatsahan sungguh mendingan karena masih ada jadual acara yang "harus" dihadiri, harus diikuti. Dengan hadir pada acara tersebut, otomatis ikut berwirid, bertasbih dan bertahlil. Membaca "La ilah illa Allah" (tahlil) bagai merefresh keimanan. "Jaddidu imanakum bi La ilah illa Allah. Perbaharuilah keimanan kalian dengan La ilah illa Allah. Barang kali sebelumnya ada elemen kufur yang tak terasa, baik perbuatan
, ucapan, anggapan atau anggitan, maka otomatis terdelete oleh "La ilah illa Allah".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News