BONDOWOSO, BANGSAONLINE.com – Musries Sholeh (26) adalah pemuda alumni Universitas Negeri Surabaya, program studi Seni Musik, yang kini menggeluti bisnis kopi sejak mendapat hadiah alat-alat pengolah kopi.
Produk yang dikenal dengan nama Legato ini mulai diproduksi lebih kurang 2 tahun lalu, ketika Musries atau lebih akrab disapa Aries ini, masih berstatus sebagai mahasiswa. Nama yang ia gunakan untuk produknya, merupakan sebutan yang diambil dari istilah-istilah dalam dunia musik, yang memiliki makna kesinambungan. Sesuai harapannya, agar usahanya tak akan berhenti.
Baca Juga: 5 Kuliner Khas Bondowoso yang Bikin Ketagihan
Aries mengaku awal usahanya sangat ajaib. “Bagaimana nggak ajaib? Saya cuma membuat aransemen lagu, bayarannya dapat pabrik kopi!” begitulah jelas Aries dalam mengalami sesi wawancara,Sabtu (24/03/2018).
Saat itu dia disuruh bikin aransemen musik untuk kelompok paduan suara ITS, dibuat untuk festival paduan suara. Ternyata menang. Dia pun dihadiahi seperangkat alat produksi kopi.
Ia berasal dari Bondowoso, tepatnya Desa Tlogosari, Kecamatan Tlogosari, yang menurut pengetahuannya adalah salah satu daerah yang warganya rata-rata berprofesi sebagai petani kopi dan kakao. Ia yang mendapat satu set alat pemanggang kopi hingga alat paking ini mulai menjalankan bisnis kopinya. Pada awalnya ia menjalankan usahanya dengan rasa terpaksa, yakni karena takut merasa berdosa kepada orang yang memberinya alat-alat ini.
Baca Juga: Dukung Peluncuran Platform Socio Forest, Gubernur Khofifah: Aplikasi Multi Manfaat
Dengan latar warga sekitar yang banyak berprofesi sebagai petani kopi dan kakao, mempermudah Aries dalam urusan bahan baku kopi. Terlebih lagi, menurut keterangannya, sebelum ia memiliki alat-alat untuk mengolah biji kopi tersebut warga hanya menjual hasil panen mereka di pasar dengan harga yang murah. Sejak ia memulai usaha ini, warga memiliki tempat tetap untuk menjual kopi-kopi mereka.
“Sejak ada usaha kopi itu, sekarang ada Paguyuban Petani Kopi Tlogomas yang gara-gara orang rumah saya yang pertama punya alat, bapak saya dipilih jadi ketua. Sekarang juga banyak pengusaha kopi lain yang bermunculan di daerah saya,” begitulah jelas Aries, mengenai dampak adanya usaha kopi rumahan yang kini digelutinya.
Sebagai usaha rumahan, dalam satu hari Legato mampu menghasilkan 50 kg kopi dengan berbagai varian.
Baca Juga: Gubernur Khofifah Berharap Bondowoso Kembangkan BUMD dan Trading House Kopi
Beberapa di antaranya adalah kopi arabica, robusta, kopi luwak, dan varian lainnya. Kopi hasil olahannya dibandrol dengan harga mulai Rp 100.000 per kilo untuk robusta, Rp 200.000 per kilo untuk arabica, dan harga lain untuk varian lainnya. Meski dibandrol dengan harga tersebut tiap kilonya, pengepakan Legato Coffee dimulai dari ukura 240 ons.
“Bedanya kopi kita dengan kopi pabrikan lain itu, kopi kita benar-benar dari biji kopi yang sudah merah. Soalnya mbak, sebelum diproses itu diperiksa dulu sama petugas. Kalo merah semua baru boleh diolah. Dan lagi, kopi kita tidak dipanaskan dengan pemanas yang pake pengatur suhu, tapi dari panas matahari langsung. Yang tiap pagi digelar, sore dibungkus lagi.” Begitu terang Aries ketika menjelaskan proses yang dilakukan dalam pembuatan kopinya.
Bukan hanya proses pengeringan yang menggunakan matahari, untuk memastikan biji benar-benar dalam kondisi kering. Biji kopi yang dimasak adalah biji kopi yang siudah mengalami proses penyimpanan minimal 2 tahun. Karena biji kopi yang lebih berumur, akan menghasilkan kopi matang dengan berat yang lebih statis. Dalam pemanggangannya sekalipun, Aries mengaku bahwa mereka tidak menambahkan apapun dalam biji kopi mereka. Bukan hanya menjual kopi bubuk hitam, ia juga menjual kopi yang masih dalam bentuk biji, dan kopi yang masih mentah.
Baca Juga: Punya Ciri Khas, Kopi Lereng Semeru Siap Bersaing di Nusantara
“Ada lagi yang beda dari kopi kami, kopi luwak yang kami jual ini benar-benar kopi dari luwak liar. Biasanya kan kalau ada penjual kopi luwak, mereka memberdayakan luwak, terus diberi makan kopi, kemudian diolah hasilnya. Kami beda, kami cuma ambil kopi dari luwak liar, yang makan semut juga, makan kupu-kupu, kan sudah beda sensasinya. Biji kopi yang dimakan luwak liar juga hanya biji pilihan. Kalau luwak yang dikeragkeng itu cuma makan biji kopi yang disediakan,” tambah Aries menjelaskan salah satu produknya.
Karena proses pencarian kopi luwak yang tidak mudah, Aries hanya menjual kopi luwak sesuai pesanan yang datang. Kopi luwak itupun dicari sepanjang lereng-lereng oleh para petani. Bandrol untuk kopi luwak liar ini, adalah Rp 1 juta per kg.
Dengan segala perkembangan yang sudah ada di daerahnya, ia berharap agar ia tak hanya mengantongi izin produksi, namun juga izin dari BPOM. Selain itu ia berharap dapat membangun cafenya sendiri dengan segala ide yang telah ia siapkan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News