Berikut Ini 10 Desa Stunting di Trenggalek Versi Pusat

Berikut Ini 10 Desa Stunting di Trenggalek Versi Pusat Kepala Dinas Kesehatan Perlindungan Perempuan dan Keluarga Berencana atau disingkat Dinkes PPKB Kabupaten Trenggalek dr. Sugito Teguh.

TRENGGALEK, BANGSAONLINE.com - Kabupaten termasuk salah satu dari 100 kabupaten yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai Kabupaten Stunting.

Pernyataan ini di sampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Perlindungan Perempuan dan Keluarga Berencana atau disingkat Dinkes PPKB Kabupaten dr. Sugito Teguh.

Baca Juga: Dinas Kelautan Dan Perikanan Trenggalek Raih Juara Umum LMSI Tingkat Provinsi Jatim

"Kabupaten itu termasuk salah satu dari 100 kabupaten yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai kabupaten Stunting. Tiap-tiap kabupaten itu punya desa Stunting. Jadi di Kabupaten terdapat 10 desa yang ditetapkan sebagai desa stunting oleh pemerintah pusat," kata Sugito di ruang kerjanya, Senin (26/3).

10 desa yang dikategorikan desa stunting yakni Desa Botoputih Kecamatan Bendungan, Desa Kayen Kecamatan Karangan, Desa Cakul Kecamatan Dongko, Desa Jajar Kecamatan Gandusari, Desa Dawuhan Kecamatan , Desa Kedunglurah Kecamatan Pogalan, Desa Puru, Nglebo, Ngrandu dan Mlinjon Kecamatan Suruh. 

Dijelaskan Sugito, kategori desa stunting merupakan wilayah di mana pertumbuhan dan perkembangan balita yang lambat yang tidak sesuai dengan usia balita. Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan gizi. 

Baca Juga: Info BMKG: Selasa Dini Hari ini, Trenggalek Diguncang Gempa Magnitudo 5,4

Stunting terjadi pada balita karena seringnya anak sakit dalam masa pertumbuhan, sehingga gizi tidak bisa diserap oleh tubuh secara maksimal.

"Jadi pada anak balita yang umurnya di bawah 5 tahun dilakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan. Selama ini kita memantau berat badannya dibandingkan umur, namanya BB/U,. itu yang masuk di kartu KMS. Kemudian ada istilah anak kurang gizi, anak gizi buruk, anak yang sehat serta anak yang mengalami obesitas," urainya.

Dijelaskannya, ada berbagai faktor penyebab terjadinya stunting. "Jadi bukan hanya karena kekurangan makan atau kekurangan gizi. Bisa saja gizinya cukup tetapi anak itu sering mengalami sakit. Entah itu batuk pilek, atau diare, atau macam-macam, sehingga gizi yang masuk itu terkuras untuk melawan penyakitnya. Sehingga tidak bisa membuat pertumbuhan badannya atau tingginya menjadi berkurang," bebernya.

Baca Juga: Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Wabup Trenggalek Buka TMMD Ke-120

Lebih lanjut ia sampaikan, jumlah balita stunting di jika dihitung jumlahnya berkisar di angka 22 persen. Sementara jumlah stunting untuk Provinsi Jawa Timur sebanyak 28 persen.

"Karena angka gizi buruk sudah mengalami penurunan yang cukup drastis, jadi pemerintah pusat pada saat ini mulai menyorot pada sisi yang lain yaitu stunting. Istilah stunting baru tahun ini dikemukakan oleh pemerintah pusat," pungkas Sugito. (man/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sakit Hati Gara-Gara Diselingkuhi Istri, Rumah ini Dihancurkan Suami':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO