MAKLI, BANGSAONLINE.com – Salah satu komplek makam terbesar di dunia ada di Makli, sebelah timur Karachi, Pakistan. Di komplek makam bernama necropolis ada sekitar 20.000 makam, mulai dari penguasa, jenderal militer, tentara, penyair, dan masyarakat umum.
Sayangnya, makam ini agak sedikit tidak terawat. Selai jalan sempit yang rusak mengarah ke dataran berbukit, beberapa bangunan megah ada yang sudah runtuh.
Baca Juga: Yakini Kebenaran Islam, Dua Pemuda Resmi Mualaf dengan Bersyahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya
Makli, salah satu kota kompleks pemakaman terbesar di dunia, terletak sekitar 100 kilometer (62 mil) dari Karachi, dan hanya 7 kilometer (4,3 mil) dari Thatta yang bersejarah, ibukota Sindh. Sejak merdeka tahun 1840, tempat ini menjadi pemakaman para tokoh dunia, mulai Alexander Agung sampai kaisar Mughal, dan dari Samma hingga Tarkhan dan penguasa Arghun.
Perbukitan Makli ini masuk situs warisan yang dilindungi UNESCO sejak tahun 1981. Nekropolis terdiri dari lebih dari 20.000 makam, paviliun, dan kuburan terbuka dari penguasa, jenderal militer, penyair, arsitek, dan tentara tanpa nama, sejak 14 abad lalu.
Namun dikabarkan situs tersebut saat ini banyak terjadi penjarahan. Bahkan, jalan raya utama yang menghubungkan Karachi dan Thatta kondisinya rusak.
Baca Juga: Idul Adha, Momen Tepat untuk Ajarkan Nilai yang Terkandung Dalam Berkurban kepada Anak
Sejumlah kuburan yang dijarah adalah ukiran ayat Alquran. Kondisi makam Mirza Taghral Baig, jenderal era Mughal, juga mengalami hal serupa. Warna batu kuning memudar, relung dan lengkungan sudah mulai runtuh dengan retakan yang muncul di langit-langit .
Demikian pula kompleks pemakaman Mirza Jani Baig, dan ayahnya Mirza Ghazi Baig - penguasa Sindh awal abad ke-17 lainnya -. Makam tersebut menunggu perhatian para arkeolog agar tidak dijarah.
“Sangat jarang sejumlah besar penguasa, penyair, arsitek, dan tokoh sastra lainnya dimakamkan di satu tempat. Ini adalah pengingat yang jelas tentang pengerjaan dan arsitektur yang berdedikasi yang mewakili dinasti yang berbeda,” kata Qazi Asif, seorang blogger berbasis di Karachi, dan penulis beberapa buku panduan yang berkaitan dengan arkeologi kepada Anadolu Agency.
Baca Juga: Idul Adha: Rayakan Kemenangan Jiwa dalam Melawan Hawa Nafsu
"Tapi sayangnya, seperti banyak situs arkeologi lainnya di seluruh negeri yang juga tidak terurus," katanya.
Makli adalah nekropolis terbesar di Asia. Tetapi bagi penduduk setempat, itu tidak lebih dari kuburan biasa. Insiden perambahan, pencurian batu, dan pengumpulan pasir adalah hal yang biasa karena pemerintah berturut-turut gagal membangun dinding pembatas di sekitar necropolis, meskipun ini sangat direkomendasikan oleh UNESCO.
"Politikus lokal tidak mengizinkan kami membangun tembok batas karena tanah kuburan telah menjadi terlalu berharga, dan dijadikan bahan perumahan di dalam dan sekitar dalam beberapa dekade terakhir ," kata Nazir Ahmad Zardari, petugas administrasi necropolis.
Baca Juga: Etnis Uighur dan Hui, Meski Sama-sama Muslim Namun dapat Perlakuan Berbeda di China
Zardari pun menyesalkan beberapa kantor pemerintah yang dibangun dari tanah kuburan. "Ketiadaan dinding perbatasan dan kekurangan staf pengawas memberikan kesempatan atas pencurian batu-batu dan ubin berharga dalam beberapa dekade terakhir," tambahnya.
UNESCO sendiri telah lama merekomendasikan larangan lengkap terhadap pemakaman baru dan penggunaan kendaraan di dalam lokasi kuburan untuk melindungi situs, tetapi masyarakat setempat tidak siap untuk menindaklanjuti itu.
"Mereka [penduduk setempat] tidak peduli kerusakan apa yang mereka timpakan pada situs yang luar biasa ini," kata Zardari sembari mengeluh bahwa mereka hanya memiliki kekuatan 35 personel untuk pengawasan. Sedangkan persyaratan sebenarnya untuk mengamankan kedua segmen kuburan tidak kurang dari 400 personel.
Baca Juga: Halaqah Fiqih Peradaban Bangsa di PP Ibnu Cholil, KH Zulfa: Khilafah Tak Diperintahkan oleh Agama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News