SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Aksi-aksi kekerasan verbal yang dilontarkan Pendeta Saifuddin Ibrahim ke publik semakin menarik kita cermati. Pendeta yang foto-fotonya banyak berpelukan dengan istrinya di media sosial itu mengusulkan agar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang dipuji sebagai menteri toleran dan damai menghapus 300 ayat Al Quran. Alasannya ayat-ayat Al Quran mengandung kekerasan kepada non muslim. Bahkan ia terang-terangan menuding pondok pesantren telah memproduksi teroris.
Karena itu ia minta Yaqut merombak kurikulum pesantren dan mengganti semua gurunya. Menag Yaqut tak memberi respons sendiri, meski penistaan agama yang dilakukan Pendeta Saifuddin Ibrahim itu heboh. Yang tampil justru Ishfah Abidal Aziz, Staf Khusus Menteri Agama.
Baca Juga: Amankan Misa Natal 2024, Kapolres Pasuruan Bersama PJU Tinjau Beberapa Gereja
Justru Menko Polhukam Mahfud MD yang secara tegas mengatakan bahwa apa yang disampaikan Pendeta Saifuddin Ibrahim itu penistaan agama dan membuat gaduh. Karena itu ia minta aparat kepolisian memproses secara hukum dan menutup akun youtubenya.
Tapi Pendeta Saifuddin Ibrahim bukannya reda. Pendeta yang mengaku akan melarang umat Islam naik haji ke Makah seandainya dia menjadi menteri agama itu justru semakin kalap.
Pendeta ekstrem itu malah menantang carok Menko Polhukam Mahfud MD. Ia mengajak duel Mahfud MD sampai mati karena menteri asal Madura itu minta polisi untuk memprosesnya.
Baca Juga: Yakini Kebenaran Islam, Dua Pemuda Resmi Mualaf dengan Bersyahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya
(Pendeta Saifuddin Ibrahim dalam tangkapan layar)
Pendeta Saifuddin Ibrahim juga menantang Mahfud MD main catur. Taruhananya nyawa, yang kalah harus lompat ke jurang.
“Berani carok dengan saya? Ayo kita carok. Mati, matilah. Halelluyah! Atau kita main catur? Berdua main catur? Siapa yang kalah lompat ke jurang. Berani?,” tantang Pendeta Saifuddin Ibrahim dalam video yang diunggah di akun YouTubenya.
Baca Juga: Polda Jatim Kolaborasi dengan Ponpes Wali Barokah Bentengi Santri dari Pengaruh Radikalisme
Sebagai pendeta tentu apa yang dilakukan Saifuddin Ibrahim adalah ekspresi atau perintah agama yang ia anut. Yaitu Kristen. Apalagi ia mengekspresikan perintah agama Kristen yang dianutnya secara terbuka kepada publik.
Nah, kita sekarang berpikir jernih. Kita jawab pertanyaan secara jujur sesuai nurani:
Sebenarnya agama Islam atau Kristen yang radikal dan ekstrem? Kalau agama Kristen mengajarkan kasih sayang – seperti ditampar pipi kanan berilah pipi kiri - kenapa Pendeta Saifuddin Ibrahim justru berperilaku sebaliknya? Kasar, brutal, bahkan menantang carok yang jelas-jelas merupakan aksi kekerasan? Benarkah ajaran kasih yang digembar-gemborkan orang Kristen hanya kamuflase? Tentu Pendeta Saifuddin Ibrahim yang bisa jawab!
Baca Juga: Densus 88 Gelar Sosialisasi Kebangsaan di Lamongan
Saya baru tahu kalau dalam agama Kristen ada perintah carok dan main catur dengan taruhan nyawa: yang kalah harus melompat ke jurang. Padahal dalam Islam “pertandingan” biadab dan tak berperikemanusiaan yang ditawarkan Pendeta Saifuddin Ibrahim itu jelas-jelas dilarang: Haram.
Dalam ajaran Islam, jika tantangan duel sampai mati yang dilontarkan Pendeta Saifuddin Ibrahim itu dilayani, maka yang meninggal jelas mati konyol dan haram. Karena itu dipastikan masuk neraka.
Anda harus tahu! Dalam agama Islam ada ajaran yang secara tegas mengatakan bahwa manusia harus menjaga jiwa (hifdzun nafs). Ini bagian dari prinsip hukum dalam Islam yang dirumuskan dalam tujuan syariat (maqashidus syariah). Jangankan mati karena duel, mati bunuh diri saja dilarang oleh Islam. Jadi, dalam ajaran Islam, bunuh diri itu haram!
Baca Juga: Ghibah Politik Ramadhan: Menyoal PBNU tentang Politik Dinasti dan Misi Gus Dur
Ada 5 tujuan syariat yang dirumuskan dalam Islam yang harus dijaga oleh manusia. Pertama, manusia harus menjaga agama.
Kedua, harus menjaga jiwa, Ketiga, menjaga akal. Keempat, menjaga harta. Kelima, menjaga kehormatan.
Baca Juga: Tiga Napi Tindak Pidana Terorisme di Lapas Kediri Nyatakan Ikrar Setia pada NKRI
(Pendeta Saifuddin Ibrahim dan istrinya, Sara Ayu Ibrahim. Foto: facebook)
Jadi ajaran Islam benar-benar menjaga martabat kemanusiaan. Karena itu tak boleh bertaruh, carok, sampai mati seperti ditawarkan Pendeta Saifuddin Ibrahim.
Karena itu saya beranggapan bahwa munculnya Pendeta Saifuddin Ibrahim yang telah menunjukkan aksi-aksi kekerasan ajaran agamanya secara vulgar ke depan publik justru suatu hikmah besar. Karena itu umat Islam harus bersyukur dan berterima kasih kepada pendeta radikal dan esktrem tersebut. Sebab – diakui atau tidak – ia telah berjasa kepada Islam. Yaitu membantu membersihkan Islam dari stigma radikal dan teroris yang selama ini sengaja dicipta oleh kelompok tertentu.
Baca Juga: Cegah Ajaran Radikalisme Melalui Medsos, Polresta Sidoarjo Perkuat Barisan Netizen
Paling tidak, dengan munculnya Pendeta Saifuddin Ibrahim itu, publik sekarang tahu bahwa bukan hanya Islam yang punya potensi radikal dan ekstrem tapi juga Kristen dan agama lain. Harus diakui, dalam Islam ada kelompok yang secara eksklusif menafsirkan agama secara tekstual dan rigit, terutama karena keterbatasan penalaran dan kepentingan politik. Dan mereka inilah yang telah memporakporandakan ajaran Islam rahmatan lil’alamin.
Namun alhamdulillah. Kini telah muncul sosok Pendeta Saifuddin Ibrahim yang - disadari atau tidak - telah menunjukkan ekspresi fundamentalisme ajaran Kristen secara vulgar kepada publik terkait terorisme dan radikalisme.
Sekali lagi, terima kasih Pak Pendeta Saifuddin Ibrahim. Anda telah membantu dan ikut membersihkan Islam dari stigma teroris dan radikal. Wallahua’lam bisshawab. (MMA)
Baca Juga: Napiter Asal Semarang Bebas di Lapas Tuban
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News