Sumamburat: Ekstasi Itu Bernama Jabatan

Sumamburat: Ekstasi Itu Bernama Jabatan Suparto Wijoyo

Kemudian yang terlihat adalah kerumunan orang-orang yang menyodorkan diri menjadi pendampingnya, cukup wakil yang dipermak untuk diperebutkan. Jabatan wakil ternyata sangat bergengsi. Ini adalah gelembung kekuasaan yang aneh bahwa jabatan digenggam seperti adonan yang memang membuat dirinya ketagihan.

Uniknya adalah mereka yang ketagihan jabatan itu tidak merasa dia sedang mempermalukan dirinya sendiri agar tahu diri. Bagaimana tidak, janji-janji yang dulu pernah diucapkan dengan percaya diri nyaris semua melesat dan membuyarkan hujan dusta di sana sini.

Mulai dari rupiah yang terpelanting dan hutang yang menjulang tinggi maupun harga-harga yang tidak murah lagi, tapi umat disuruh tetap enjoy dengan memuji tiada hentiwalaupun sudah sangat mumpuni gelar akademiknya.

Ya … semua hendak berebut “madu kekuasaan”. Tidak hanya yang muda atau setengah baya, yang lansia pun hendak turur menggelarkan kecakapan untuk bertarung dengan alasan yang sangat ideal. Ada pula yang merasa menjadi umara sekaligus ulama yang siap sedia berpisah dari rakyat yang selama ini mengelu-ngelukan demimenjadi pendamping sang tokoh yang sudah dikenalnya selama ini suka membentur-benturkan kahanan.

Memang suasana Pilpres 2019 menggelombangkan semangat juang yang pro status quo maupun yang kontra. Pun sorot mata ada yang telah menengok ke Malaysia yang baru saja menyelenggarakan Pemilu Raya Umum dengan kemenangan yang sudah diketahui dunia.

Dokter Mahathir Mohamad secara telak mengalahkan koalisi permanen yang diboyong Barisan Nasional, yang sudah mengangkangi Malaysia selama 61 tahun. Mahathir dalam usia 92 tahun ternyata mampu menjadi magnit sekaligus pendobrak “jumawahnya” kekuasaan yang mengandalkan donyo-brono.

Selama 22 tahun Tun Mahathir pernah menjabat sebagai PM, yang saat itu saya sendiri menikmati pemerintahannya dari kampung, di sekolah-sekolah desa, melalui TVRI yang sering memberitakan melalui acara Dunia dalam Berita. Tun Mahathir sungguh mempesona. Pembangunan di Malaysia moncer memercikkan kebanggaan bagi rakyatnya.

Tengok juga ke arah Turki dengan Erdogan yang perkasa. Tentu banyak tokoh di negeri ini yang iri, apalagi sekadar saya. Saya memiliki “keterhanyutan hati” terhadap Malaysia maupun Turki yang capaian kekuasaannya mengukirkan martabatbangsanya.

Dari sini kita dapat bersepakat bahwa semua punya pengharapan selaksa rakyat Malaysia dan Turki. Tentu bagi pribadi yang berjiwa sehat tanpa “narkoba politik” yang mengalami “ekstasi jabatan”.

*Dr H Suparto Wijoyo: Pengajar Hukum Lingkungan Fakultas Hukum, Koordinator Magister Sains Hukum dan Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Sekretaris Badan Pertimbangan Fakultas Hukum Universitas Airlangga serta Ketua Pusat Kajian Mitra Otonomi Daerah Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO