BERLIN (bangsaonline) - Sekitar 400 warga Jerman diduga bergabung dengan kelompok teror ISIS di Irak dan Suriah. Motivasi utama para pemuda itu hanyalah untuk petualangan, ingin meniru film action.
Baca Juga: Napiter WBP Lapas Surabaya Ucapkan Janji Setia kepada NKRI
Mereka biasanya berangkat ke Suriah lewat Turki, setelah termakan propaganda ISIS yang dikemas seperti film action.
Situs dw.de memberitakan, ISIS yang sekarang berganti nama menjadi Islamic State (IS) memang berhasil merekrut banyak relawan asing. Diduga ada sekitar 1.200 relawan asing yang berasal dari 74 negara yang ikut berperang di Suriah dan Irak, demikian laporan lembaga penelitian ICSR di London.
Bagi relawan asal Jerman, memang tidak terlalu sulit berangkat ke Suriah. Mereka biasanya dengan mudah pergi ke Turki, lalu menuju perbatasan ke Suriah. Motivasinya utamanya adalah mencari "petualangan dan action".
Baca Juga: Komandan Al Qaida Tewas dalam Baku Tembak melawan Militer AS
Di Jerman, relawan ISIS biasanya direkrut oleh kalangan Islam garis keras Salafi. Diduga ada sekitar lima sampai sepuluh ribu anggota Salafi dari sekitar 4 juta umat muslim di Jerman.
Kelompok Salafi belakangan cukup aktif menyebarkan propaganda Islamis. Mereka terakhir jadi sorotan setelah menggelar aksi "Polisi Syariah" di Wuppertal. Di beberapa kota lain, mereka rajin menggelar diskusi tentang Islam, terutama untuk menjaring kaum remaja imigran.
Baca Juga: Iran akan Serang AS, Jenderal Iran Qassem Suleimani Dibunuh dengan Drone atas Perintah Trump
Berkedok Solidaritas Kelompok
Ada berbagai alasan mengapa seseorang menjadi radikal, tapi ada pola yang sama, kata Florian Endres dari Kantor Urusan Migrasi dan Pengungsi, BAMF. "Biasanya ada krisis kepribadian, remaja seperti kehilangan makna kehidupan. Situasi inilah yang menjadi lahan subur bagi para penyebar ideologi radikal", kata Endres.
"Kelompok Salafi menggunakan bujukan dengan solidaritas kelompok yang kuat. Mereka menganggap kelompoknya sebagai kelompok kecil yang terpilih."
Baca Juga: Sore Tadi, Teroris ISIS asal Somalia Ledakkan Mobil, Lalu Tusuk Wajah Warga Melbourne sampai Mati
Dalam diskusi kelompok, berjihad ke Suriah tidak secara langung menjadi tema. Propaganda untuk itu disebar lewat internet langsung dari Suriah dan Irak. ISIS punya divisi media yang khusus menggarap isu ini.
Kebanyakan video propaganda ISIS dibuat seperti film action. "Itu sebabnya banyak yang tertarik untuk berangkat ke Suriah", tutur Endres.
Baca Juga: Miris! Begini Kondisi 13 Juta Anak-anak Negara Yaman yang Kelaparan karena Perang
Perjalanan Mudah
Memang tidak sulit pergi ke Suriah dari Jerman. Penerbangan ke Turki hanya berlangsung tiga jam. Lalu dari kawasan perbatasan, sangat mudah menyeberang ke Suriah karena pengawasan yang longgar.
Tapi di Suriah, relawan asal Jerman biasanya tidak punya peran penting. "Mereka tidak tahu apa-apa tentang budaya setempat,” kata Marwan Abou-Taam dari kepolisian negara bagian Rheinland-Pfalz.
Baca Juga: ISIS Mengklaim Bertanggungjawab atas Pengeboman 3 Gereja di Surabaya
"Mereka kebanyakan tidak pernah latihan tempur atau ikut wajib militer," berbeda dengan relawan dari Arab atau Asia Tengah, tutur Abou-Taam. Jadi mereka sering diberi tugas jadi pelaku bom bunuh diri.
Menurut catatan kepolisian Jerman, sedikitnya ada lima relawan Jerman yang diketahui tewas dalam serangan bunuh diri di Irak. Tapi jumlah pelaku serangan bunuh diri yang tidak diketahui pasti lebih tinggi.
Baca Juga: Sadis, ISIS Eksekusi Tawanan dengan Meledakkan Kepala
Bahaya Terorisme
Warganegara Jerman bisa masuk ke Turki tanpa paspor dan visa. Mereka hanya perlu membawa kartu identitas. Dari Suriah, mereka juga relatif mudah masuk lagi ke Jerman.
Ada yang kembali karena frustasi dan kecewa, ada juga yang akhirnya berpaling dari ide jihad, kata Abou-Tamm. "Tapi ada kelompok ketiga yang kembali dengan misi khusus, yaitu mengobarkan perang di negara asalnya". Inilah kelompok yang berbahaya dan sulit dideteksi aparat keamanan.
Baca Juga: Jadi Target Teror ISIS, Banser Jatim Siap Mati Syahid
Florian Enders menjelaskan, upaya yang sekarang digalakkan untuk mencegah radikalisme adalah diskusi di sekolah-sekolah tentang Islam, radikalisme dan ekstrimisme. Sebab kenyataannya, mereka yang sering terjerat propaganda salafisme adalah mereka yang selama ini tidak banyak bersentuhan dengan kehidupan umat beragama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News