PAMEKASAN, BANGSAONLINE.com - Sungguh miris kehidupan Pak Mai (86) atau yang biasa dipanggil Pak Duna. Warga Desa Trasak, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan ini harus tinggal dan tidur di musala milik tetangganya, ditemani istri dan satu anaknya yang masih berumur 9 tahun.
Duna yang sudah terlihat uzur tersebut tetap semangat dalam menjalani hidupnya. Tiap pagi dia memancal becaknya untuk mencari barang-barang bekas atau memulung demi untuk memberikan nafkah dan biaya pendidikan anak bungsunya yang masih kelas 3 SD.
Baca Juga: Tanggapi Cuitan Netizen di X, Ridwan Kamil: Boleh Bully Saya, Tapi Jangan Keluarga Apalagi Anak Saya
"Saya hanya pasrah terhadap Allah SWT, masalah rezeki ada yang mengatur," ujarnya pasrah terhadap ekonomi yang masih menerima bantuan dari para tetangga dan para dermawan.
Duna mengaku, untuk hasil memulung ia kumpulkan dulu baru satu minggu bisa dimasukkan.
"Hasilnya hanya Rp 80 ribu sampai dengan Rp 100 ribu saya cukupkan untuk makan sehari-hari," ungkapnya tentang penghasilannya yang sangat minim.
Baca Juga: Cegah Ajaran Radikalisme Melalui Medsos, Polresta Sidoarjo Perkuat Barisan Netizen
Saat wartawan HARIAN BANGSA/BANGSAONLINE.com ke rumah Duna bersama teman-teman dari komunitas Sedekah Rombongan (SR) untuk memberikan sumbangan, para netizen yang merasa prihatin. Tampak orang tua tersebut hanya berpakaian seadanya dan menempati musala kecil karena rumahnya sudah ambruk rata dengan tanah beberapa waktu yang lalu.
Indra dan Ari perwakilan Sedekah Rombongan, mengaku sangat prihatin. "Jadi kami memberikan bantuan sekadarnya kepada keluarga Duna. Walaupun sedikit, kami berharap sumbangan dari SR sebanyak Rp 1 juta, dan dari teman-teman netizen sebesar Rp 1 juta tersebut bisa meringankan kehidupan keluarga ini," tuturnya saat di rumah Duna.
Kepala Desa Trasak Supiyanto, saat dikonfirmasi di rumahnya membenarkan keadaan Duna dan keluarganya yang tinggal di musala milik Haji Zemil tetangganya.
Baca Juga: Tak Puas dengan Penetapan PPS pada Pemilu 2024, Netizen Geruduk Akun Sosmed KPU Tuban
"Memang mereka hidup dalam kekurangan, kami merasa prihatin dan tetap akan kami perhatikan kebutuhan sehari-harinya," tutur Supiyanto. (err/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News