Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .
Pertanyaan klasik dan umum adalah: "Katanya, pada bulan Ramadhan pintu neraka ditutup, pintu surga dibuka dan syetan-syetan dirantai". Logikanya, bulan suci itu pasti mampu memacu ibadah secara otomatis tanpa hambatan, karena power fitrah dalam diri manusia "ON" dan bergerak sangat dinamis menuju Tuhan. Nyatanya, malasnya tak jauh beda dengan bulan sebelumnya, bahkan dengan bulan sesudahnya. Mengapa?
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Ada bebrapa kemungkinan: Pertama, Nabi Muhammad SAW yang mensabdakan itu bohong. Kedua, Ramadhannya yang bohong, karena tidak ada istimewanya yang mencolok sesuai promosinya. Ketiga, kita, sang pengguna Ramadhan yang bohong. Puasanya agak terpaksa, tarawih karena ikut-ikutan, cepet-cepetan, gengsi memilih rakaat, 20 atau 8, sedekahnya musiman dan pamer.
Sebagai umat beriman, kemungkinan nomor satu dan nomor dua tentu kita coret, tinggal yang ketiga. Saat kami didesak untuk memberi alasan mengapa masih ada maksiat, masih ada malas. Penulis paparkan begini: Syetan itu kayak rokok. Anda yang semula tidak merokok, lalu dipengaruhi teman untuk mencoba merokok dan anda mau, maka saat itu anda tidak langsung kecanduan.
Bisa jadi, saat teman itu merayu anda, maka anda merokok. Saat teman itu tidak ada, maka anda tidak merokok. Tapi karena sering dan anda sudah menikmati, lalu kecanduan, maka, meskipun teman anda tidak ada di samping anda, anda akan ketagihan dan merokok sendiri. Begitulah, jika godaan syetan selama sebelas bulan sebelumnya itu lengket dan adiktif, meski selama Ramadhan syetan tidak menghampiri, maksiat dan malas berjalan otomatis.
Perokok yang tidak berhenti setelah Ramadhan, apakah dia mukmin yang berdusta? Tanya saja langsung kepadanya. Dia tidak merokok sebulan penuh itu karena keimanan atau karena keterpaksaan? Kan sudah terbukti, seharian penuh mampu tidak merokok dan makin sehat. Tinggal meneruskan saja di hari berikutnya. Orang bertaqwa pasti bisa memetik hikmah. Semoga Tuhan mengampuni kita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News