ANKARA (bangsaonline)
Ketika Amerika Serikat dan koalisi lima negara teluk membombardir aset Islamic State di Suriah, negeri jiran Turki malah berdiam diri. Sikap acuh Ankara kini mulai berubah, menyusul pembebasan 46 sandera dari tangan ISIS.
Baca Juga: Napiter WBP Lapas Surabaya Ucapkan Janji Setia kepada NKRI
Turki cuma berada sejengkal dari neraka yang tengah berkecamuk di Suriah dan Irak. Negeri dua benua itu pun nyaris melibatkan diri secara militer ketika 46 anggota korps diplomatiknya disandera oleh Islamic State. Namun tidak jelas kenapa Ankara justru tidak terlibat dalam operasi militer AS terbaru.
Amerika Serikat menggalang koalisi militer yang melibatkan negara-negara teluk untuk memerangi kelompok teror pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu. Sebaliknya Turki, yang notabene anggota NATO, malah absen.
Beberapa bulan silam Ankara masih menolak terlibat dalam operasi militer di negeri jiran Suriah. Namun kini, setelah serangan udara AS, Turki mengubah nada. "Kami secara serius mempertimbangkan kerjasama militer dengan AS untuk memerangi IS," kata pejabat senior Turki kepada kantor berita Reuters.
Baca Juga: Komandan Al Qaida Tewas dalam Baku Tembak melawan Militer AS
Hal serupa diungkapkan oleh Presiden Recep Tayyib Erdogan beberapa saat setelah serangan udara AS, "kami akan memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk operasi. Dukungan itu bisa dalam bentuk militer atau logistik."
Setelah mengalahkan pasukan pemerintah dalam serangan yang diluncurkan 9 Juni, Islamic State (IS) berhasil merebut kota terbesar kedua Irak yakni Mosul dan melanjutkan serangan dan berulangkali sukses. Namun kelompok jihadi itu masih relatif merupakan kekuatan kecil dan kekuatannya tidak terletak dalam jumlah. Berikut alasan yang diidentifikasi oleh para ahli militer mengenai kenapa IS sukses.
Untuk pertama kalinya pejabat tinggi Turki mengutarakan dukungan terbuka dan kesediaan untuk berkontribusi secara milter dalam misi yang dipimpin Amerika Serikat itu.
Baca Juga: Iran akan Serang AS, Jenderal Iran Qassem Suleimani Dibunuh dengan Drone atas Perintah Trump
Sikap diam Turki bisa dipahami lantaran Ankara tidak ingin melakukan manuver yang bisa mengancam keselamatan 46 sandera yang ditahan ISIS. Turki diyakini melakukan pertukaran tahanan untuk membebaskan para sandera.
Tekanan Terhadap Turki
Langkah Amerika Serikat menggalang koalisi enam negara menambah tekanan terhadap pemerintah di Ankara. Turki dinilai strategis karena memiliki kedekatan geografis dengan Suriah dan Irak.
Baca Juga: Sore Tadi, Teroris ISIS asal Somalia Ledakkan Mobil, Lalu Tusuk Wajah Warga Melbourne sampai Mati
"Jika negara terpenting, yang bertetanggaan dengan IS tidak terlibat, kesan yang muncul sangat buruk," kata Henry Barkely, bekas pejabat Kementrian Luar Negeri AS yang kini mengajar di Lehigh University.
"Buat saya belum jelas seberapa jauh Erdogan siap terlibat." Dalam pidatonya di hadapan sidang umum PBB, Rabu (24/9), sang presiden sama sekali tidak menyinggung peran negaranya dalam perang melawan IS.
Pertukaran Tahanan
Baca Juga: Miris! Begini Kondisi 13 Juta Anak-anak Negara Yaman yang Kelaparan karena Perang
Turki diisukan melakukan pertukaran tahanan untuk membebaskan 49 sandera dari tangan Islamic State. Kini Presiden Recep Tayyib Erdogan mengisyaratkan kebenaran kabar burung tersebut.
Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan mengindikasikan pihaknya melakukan pertukaran tahananan dengan Islamic State. Langkah tersebut diambil guna membebaskan 49 tahanan Turki yang disandera oleh kelompok teror tersebut.
Menjawab pertanyaan tersebut, sang presiden yang sedang berkunjung di New York, Senin (22/9), mengatakan "hal semacam itu mungkin dilakukan," katanya. Ia merujuk pada Israel yang membebaskan 1500 tahanan Palestina untuk satu sandera Israel. "Jadi anda lihat, hal itu mungkin dilakukan."
Baca Juga: ISIS Mengklaim Bertanggungjawab atas Pengeboman 3 Gereja di Surabaya
Sebanyak 46 warga Turki dan tiga warga Irak dikembalikan ke negaranya, Sabtu (20/9) setelah disandera oleh IS selama lebih dari tiga bulan. Mereka ditangkap ketika kelompok teror pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu mengambilalih kota Mosul, Juni silam.
Pemerintah Turki sejauh ini enggan menjelaskan bagaimana mereka berhasil membebaskan para tahanan. Erdogan sebelumnya juga membantah pihaknya membayarkan uang tebusan. Ankara juga tidak pernah memberikan jawaban jelas ketika ditanya mengenai pertukaran tananan.
Berbicara di hadapan lembaga riset AS, Council of Foreign Relations di New York, Erdogan mengklaim proses pembebasan memakan waktu "102 hari dan melibatkan dinas rahasia nasinonal," ujarnya. "Upaya tersebut bernilai historis dan sangat penting."
Baca Juga: Sadis, ISIS Eksekusi Tawanan dengan Meledakkan Kepala
Erdogan sekali lagi menekankan pihaknya tidak membayarkan uang kepada IS. "Sementara sisanya, anda tidak bisa mengharap kami memublikasikan semua informasi terkait kegiatan dinas rahasia. Tapi hasil akhirnya adalah bahwa 49 staf kedutaan kami telah dibebaskan."
Banyak pihak meragukan kelompok teror IS bersedia melepaskan 49 tahanan yang dianggap sebagai modal politik tanpa mendapat keuntungan apapun sebagai gantinya. Kendati begitu Erdogan menekankan, Turki "tidak akan ragu buat memerangi segala bentuk terorisme."
Menurutnya, sikap diam pemerintah terhadap proses pembebasan sandera perlu dilakukan "karena kami mengkhawatirkan keselamatan warga kami." Ia tidak lupa mengecam kritik yang diarahkan kepadanya, "ini adalah serangan sistematik terhadap reputasi internasional Turki."
Baca Juga: Jadi Target Teror ISIS, Banser Jatim Siap Mati Syahid
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News