Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Al-Isra': 23
23. Waqadaa rabbuka allaa ta’buduu illaa iyyaahu wabialwaalidayni ihsaanan immaa yablughanna ‘indaka alkibara ahaduhumaa aw kilaahumaa falaa taqul lahumaa uffin walaa tanharhumaa waqul lahumaa qawlan kariimaan
Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
TAFSIR AKTUAL:
Dari sekian ayat yang bertutur soal keimanan kepada Allah SWT, lalu diarangkai dengan perintah berbakti kepada kedua orang tua, beberapa ayat menyorot khusus ibu yang mengandung, melahirkan dan menyusui. Bahkan penderitaan ibu saat mengandung dibahasakan dengan "wahna 'ala wahn", payah di atas payah (Luqman:14), juga dengan bahasa "kurha", tidak mengenakkan (al-Ahqaf: 15). Al-Qur'an tidak pernah menyebut kapayahan bapak dalam hal ini.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Ya, karena peran bapak dalam proses pembuatan anak adalah peran sangat enak saja, sementara peran ibu peran enak dan peran tidak enak. Peran tidak enak yang disandang ibu berkepanjangan, jauh lebih lama dibanding peran enaknya. Bahkan peran berat dan bahaya tersebut tidak jarang hingga berujung kematian.
Penelitian tentang tingkat rasa sakit seorang ibu yang sedang kontraksi, melahirkan secara alami diperkirakan sebanding dengan sakitnya dua puluh tulang sehat yang dipatahkan secara bersamaan. Untuk itu, khusus persoalan ini benar sekali Tuhan memberi penghargaan lebih kepada ibu, bukan bapak.
Penghargaan berupa reward yang mencengangkan dunia etik ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW. "Ya Rasulallah, siapakah yang harus aku berbakti kepadanya?". Rasul menjawab: "ibumu". Sahabat: "Lalu, siapa berikutnya?", Rasul menjawab: "Ibumu". Sahabat: "Lalu, siapa lagi berikutnya?". Rasul: "Ibumu". Sahabat: "Lalu, siapa lagi berikutnya?". Rasul :" bapakmu". Dialog selesai, karena jawaban sudah lengkap.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Dari dialog di atas terbaca, bahwa volume berbakti kepada kedua orang tua berbeda. Terhadap ibu, dipatok lebih, tiga kali dibanding bakti kepada bapak. Beban teramat berat ditanggung sendirian oleh ibu saat mengandung, saat melahirkan dan saat menyusui. Tetapi, sering kali anak-anak di negeri ini berbeda. Kepada ayah lebih takut dan lebih manut, ketimbang kepada ibu.
Tahun enam puluhan, dunia ilmu masih menganggap pengaruh bapak kepada anak imbang-imbang saja dengan pengaruh ibu. Setelah ilmu pengetahuan makin maju dan penelitian sudah bisa pakai pendekatan biologi molekuler, diketemukan bahwa pengaruh ibu terhadap anak mencapai 75 persen, sementara pengaruh bapak hanya 25 persen. Itu berarti tiga berbanding satu. Subhanallah, mahabenar Rasul mulia itu bersabda: Ibu disebut tiga kali dalam kebaktian, sedangkan ayah hanya sekali... Allah a'lam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News