JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Ratusan warga Jombang, hari ini (Selasa, 5/3) memenuhi dua gedung yang dijadikan sebagai gudang penyimpanan logistik pada pemilu 2019 mendatang, yakni gedung tennis indoor dan gedung Juwita Jombang.
Kedatangan mereka bukan tanpa sebab. Warga yang sebagian besar didominasi oleh kaum hawa atau emak-emak ini merupakan tenaga sortir dan pelipat surat suara Pemilu 2019.
Baca Juga: Pelipatan Sortir Surat Suara, KPU Jombang Libatkan Ratusan Orang
Ketua KPU Jombang, Muhaimin Sofie, para tenaga pelipat ini akan diberi honor dengan sistem borongan. Setiap surat suara mereka akan mendapat upah sebesar Rp 100,- per surat suara untuk DPRD maupun DPR RI, sebesar Rp 75,- untuk DPD, sedangkan sebesar Rp 50 untuk surat suara Pilpres.
Dijelaskan, perbedaan pemberian honor ini diberikan menurut tingkat kesulitan dalam pelipatannya.
“Karena yang DPR maupun DPRD ini kan lebih sulit karena surat suaranya besar, jadi melipatnya juga butuh waktu dan kesulitan tersendiri, maka honor yang kami berikan juga paling banyak dibandingkan lainya. Target kami per orang bisa menyelesaikan 2 dos per hari, 1 dos berisi 500 surat suara,“ terang Muhaimin Sofie.
Baca Juga: Sosialisasikan Pilkada 2024, KPU Jombang Gelar Grebeg Pasar
Menurut Muhaimin, untuk proses ini pihaknya membutuhkan sekitar 250 hingga 300 orang tenaga pelipat. Mereka sebagian besar merupakan penduduk sekitar lokasi gudang yang datang dengan syarat yang telah ditentukan oleh KPU berupa foto copy KTP.
“Ini sementara masih sekitar 250 orang, kebutuhan kita idealnya sampai 300 orang, tapi yang ada akan kita evaluasi dulu untuk penyesuaian kebutuhan kita,” ungkapnya.
Sortir dan pelipatan yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB ini diawasi secara ketat oleh petugas, baik dari Bawaslu maupun Kepolisian. Sebelum masuk ke dalam ruangan, para tenaga pelipat yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga ini dilakukan pemeriksaan secara ketat oleh petugas.
Baca Juga: Hari Kedua, Warsubi-Gus Salman Daftar ke KPU Jombang
Selain dilarang membawa tas masuk ke dalam ruangan. Para tenaga pelipat ini juga tidak diperkenankan membawa telepon genggam dan jaket oleh petugas. Selain pada saat masuk, upaya penggeledahan ini dilakukan ketika mereka hendak keluar ruangan.
"Proses ketat ini untuk menghindari hal yang tidak diinginkan dan mejaga netralitas dari seluruh tenaga pelipat. Ketika ada yang kedapatan melakukan hal yang tidak diinginkan nanti akan urusannya dengan hokum. Pihak polisi yang akan bertindak,” pungkasnya. (ony/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News