Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag
36. Walaa taqfu maa laysa laka bihi ‘ilmun inna alssam’a waalbashara waalfu-aada kullu ulaa-ika kaana ‘anhu mas-uulaan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya.
TAFSIR AKTUAL
“Walaa taqfu maa laysa laka bihi ‘ilm”. Jangan asal berkomentar, jangan sok tahu, risikonya di akhirat nanti, pasti dituntut bertanggungjawab. Kata “taqfu” pada ayat ini terkait dengan profesi “Qa’if” zaman jahiliah dulu dan dilestarikan pula pada era kenabian.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Qa’if adalah wong pinter, ahli melacak nasab seorang anak kepada ayah genetiknya. Caranya, mengambil kesamaan bentuk fisik tumit, telapak kaki, betis, dan sekitarnya antara bayi dengan calon ayah yang akan ditentukan. Dulu, nikah jaman jahiliah itu banyak ragam dan dimaklumi.
Salah satunya nikah model pelacuran, seorang gadis berhubungan seksual dengan banyak pemuda. Ketika melahirkan anak, maka si cewek berhak menunjuk pemuda mana yang disukai. Jika pemuda yang ditunjuk menolak, maka qa’if sebagai penentu. Semua laki-laki yang pernah menanam air mani dikumpulkan.
Lalu sang qa’if mulai bekerja dengan meneliti tumit para lelaki tersebut, satu per satu. Hanya satu yang punya gent sama, maka pemuda itu adalah ayahnya. Menurut sejarah, tingkat akurasi kebenarannya hampir bisa dibilang seratus persen. Hebat, melebihi tes DNA sekarang.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Ayat kaji ini lebih memotret pada kasak-kusuk masyarakat Madinah soal fisikly Usamah bin Zaid bin Haritsah. Usamah, cucu angkat Nabi ini pemuda cerdas nan tangkas berkulit hitam pekat. Sementara ayahnya, Zaid (anak angkat Nabi), seorang laki-laki ganteng berkulit putih. Dalam kitab disebutkan putih kulitnya lembut kayak kapas.
Kasak kusuk dan gunjingan mengarah kepada nasab, apa benar si Usamah anak asli si Zaid ini ditegur Tuhan dengan ayat kaji ini. Jangan kebablasan, karena di akhirat nanti dimintai pertanggungjawaban. Soal warna kulit Usamah, itu bisa jadi karena ibunya wanita kulit hitam.
Peristiwa serupa juga pernah dialami seorang laki-laki yang mendatangi Nabi dengan rasa gundah, karena istrinya melahirkan anak dengan warna kulit beda dengan dirinya.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Nabi mengajukan pertanyaan: kamu punya unta?.
Lelaki itu menjawab: Ya, Ya Rasulallah.
Nabi: Apakah anak-anak untamu itu sama dengan induknya?.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Lelaki: Tidak.
Nabi:.. itulah titisan. Artinya, meniru gen pendahulunya. Bisa kakek, nenek, buyut, saudara kakek, paman, bibi jauh, dan lain-lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News