PACITAN, BANGSAONLINE.com - Data terkait jumlah penderita Hepatitis A di Pacitan hingga kini masih simpang siur. Sebagaimana data yang disampaikan Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, sampai hari ini jumlah penderita Hepatitis A tembus di angka 1085 penderita. Sedangkan yang masih menjalani rawat inap di beberapa puskesmas ada 18 pasien.
"Sampai hari ini memang ada kenaikan jumlah penderita yang terinfeksi pada masa inkubasi lalu mencapai 1.085 orang. Kendati ada penambahan, namun bukan berarti jumlah tersebut ada kenaikan kasus baru. Itu kasus lama yang baru ter-report," kata Kepala Dinkes Pacitan dr Eko Budiono saat dikonfirmasi, Sabtu (6/7).
Baca Juga: Info BMKG: Selasa Dini Hari ini, Trenggalek Diguncang Gempa Magnitudo 5,4
Selain data yang dirilis Dinkes, saat ini juga beredar data lain sebagaimana yang diperoleh wartawan, bahwa penderita Hepatitis A di Pacitan saat ini sudah mencapai angka 1.107. Dari jumlah tersebut, 44 pasien di antaranya masih menjalani rawat inap. Bila dibandingkan hari sebelumnya, jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 11 pasien. Sebab pada Kamis (4/5) kemarin, masih ditemukan sebanyak 1118 pasien positif Hepatitis A.
Menanggapi simpang siurnya data tersebut, Eko menegaskan kalau data yang dirilis Dinkes berdasarkan nama dan alamat, sehingga tidak mungkin keliru. "Kami tetap mempedomani data yang berbasiskan by name dan by address. Kalau tidak ada nama dan alamat, kami tidak bisa membuktikan keakuratannya," jelas Eko.
Sementara itu, saat ditanya batas waktu pemberlakuan status kejadian luar biasa (KLB), mantan staf ahli bupati ini menegaskan selama lima puluh hari kalender.
Baca Juga: Istri Kades di Pacitan Ngaku Dijambret dan Kehilangan Uang Rp14 Juta, Ternyata...
"Namun langkah pengendalian dari Dinkes Pacitan selama 100 hari kalender terhitung sejak 30 Juni lalu. Kami mempertimbangkan ada tidaknya kasus baru," tandasnya.
Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Pacitan Wawan Kasiyanto, mengimbau agar masyarakat tidak khawatir menyikapi serangan Hepatitis A yang saat ini sudah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh Bupati Indartato, pada 25 Juni lalu.
"Kami sangat apresiatif dengan gerakan sosial yang dilakukan banyak komponen masyarakat dan organisasi massa. Namun yang perlu dipahami, bahwa penyakit Hepatitis A tidak bisa menyebar lewat udara," kata Wawan melalui chating WhatsApp, Sabtu (6/7).
Baca Juga: Haduh! Sapi Milik Warga Pacitan ‘Nyangkut’ di Atap Rumah
Wawan juga tidak melarang banyaknya aksi sosial bagi-bagi masker penutup hidung, dengan harapan bisa terhindar dari penyakit Hepatitis yang sekarang ini tengah mewabah di Pacitan. Namun dirinya menegaskan bahwa pemakaian masker secara massal justru akan menjadikan pemahaman yang keliru.
"Masyarakat akan semakin resah. Dan secara ekonomi akan sangat berdampak. Sebab belakangan ini banyak warung makan di daerah wisata yang menggagalkan pesanan dengan alasan pengalihan tujuan wisata," jelasnya.
Namun demikian, Wawan sangat setuju pemakaian masker dilakukan di kawasan perkumpulan massa. Misalnya seperti di kawasan pasar atau terminal. Sebab langkah tersebut sebagai antisipasi sebaran penyakit melalui udara, dan bukan Hepatitis.
Baca Juga: Dalam Sehari, 2 Warga Pacitan Gantung Diri
"Berita soal bagi-bagi masker secara luas, dikira Hepatitis A ini sudah mewabah se-Pacitan. Akhirnya kami sering dapat telepon atau pesan medsos yang menanyakan, apakah wabah ini sudah menyerang kota dan semua kecamatan yang ada? Bagi kami, baik saja kalau di khalayak ramai seperti di pasar memakai masker karena melindungi penyakit yang disebarkan lewat udara. Setidaknya debu yang akan mengiritasi saluran nafas bisa tertahan," tutur Wawan melalui postingannya.
"Namun pada situasi ini, masyarakat yang tidak mengerti akan berpikir lain. Kalau Hepatitis ini seandainya penularannya lewat udara, barangkali jumlahnya sudah puluhan ribu yang terpapar. Karena orang yang serumah pasti akan tertular semua. Namun dari laporan yang ada, selama ini belum ada kasus yang tertular dari orang serumah," tegas dia.
Kalaupun ada, lebih dari satu kasus, itu disebabkan adanya penyakit lain. "Dengan kasus sebanyak itu, terbanyak diagnosa gejala klinis dan bisa jadi di antaranya penyakit lain. Sebab kami menemukan kuningnya luar biasa. Setelah kami tes leptospirosis dan hepatitis A/B semua negatif. Dan ini mengarah ke radang di empedu," tukas Wawan.(yun/ns)
Baca Juga: Pacitan Sat Set Bangun Indonesia: Jalan Sehat dan Hiburan untuk Membangun Bangsa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News