SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Maraknya aksi teror, radikalisme dan penyebaran berita bohong di media sosial dan beberapa daerah di Indonesia belakangan ini membuat semua pihak harus waspada dan mengantisipasi sejak dini.
Hal itu dikatakan oleh AKBP Syuhaimi dari Baintelkam Mabes Polri, saat melakukan sosialisasi Kamtibmas kepada warga Desa Kwangsan, Kecamatan Sedati, Sidoarjo di Masjid Asy-Syuhada desa setempat, Jumat malam (12/7).
Baca Juga: Kasi Humas Polresta Sidoarjo Beri Kuliah Umum Strategi Kehumasan Masa Pilkada 2024
Menurutnya, melalui silaturahmi yang diadakannya bersama jamaah dan warga sekitar masjid Asy-Syuhada Kwangsan Sedati ini, negara ini akan tetap terjaga dengan aman damai dan kondusif.
"Melalui silaturahmi kita tingkatkan ukhuwah islamiyah guna mereduksi penyebaran berita hoaks, intoleransi dan ekstremisme," katanya kepada jamaah yang mayoritas warga Nahdliyin.
Silaturahmi ini tak hanya dilakukan di masjid ini, akan tetapi juga pernah dilakukan di beberapa tempat di Jawa Timur.
Baca Juga: Satlantas Polresta Sidoarjo Tanamkan Budaya Tertib Lalu Lintas Sejak Dini
"Kegiatan ini bukan pertama kalinya kita adakan di Jawa Timur. Kita sudah beberapa kali mengadakan kegiatan yang sama seperti ini dan kebetulan hari ini kami memilih Desa Kwangsan untuk memberikan imun atau kekebalan agar paham radikal tersebut tidak masuk ke wilayah Kwangsan," tegasnya.
Ia menjelaskan, silaturahmi dalah bentuk sinergitas antara ulama dan umaro. "Apabila ulama dan umaro bisa duduk bersama dan berdiskusi, insya Allah negara ini akan tetap terjaga dengan aman damai dan kondusif," jelasnya.
"Kami ingin bersinergi dengan ulama dan tokoh masyarakat supaya tidak terjadi di daerah ini khususnya di Jatim. Jangan sampai anak kita, cucu dan keponakan kita teridentifikasi kelompok tersebut. Kita semua harus waspada," sambungnya.
Baca Juga: Satresnarkoba Polresta Sidoarjo Musnahkan 30 Kg Sabu Senilai Rp30 M dari Pengungkapan Kasus Juli
Menyikapi kondisi kelompok radikal yang saat ini semakin hari semakin merebak, AKBP Syuhaimi menyatakan bahwa hal itu menjadi tanggung jawab bersama. Disinggung soal tanda tanda kelompok radikal, ia menyebutkan bahwa tanda yang paling sederhana adalah terlihat dari gelagat atau adanya perubahan yang signifikan.
"Langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah pengawasan kepada indikator yang telah terlihat. Misalnya ada orang yang gelagatnya berbeda seperti mencuri, berbohong, tidak konsisten akan dilakukan demi memenuhi kebutuhan," pungkasnya.
Sementara itu salah satu tokoh agama Desa Kwangsan, Ustadz Subkhan mengatakan, kegiatan silaturahmi atau sosialisasi Kamtibmas yang dilakukan Mabes Polri ini merupakan bentuk amar ma’ruf nahi munkar.
Baca Juga: Polisi Dalami Anak Bunuh Ibu di Sidoarjo
"Melalui silaturahmi ini kita tingkatkan ukhuwah islamiyah guna mereduksi penyebaran berita hoaks, intoleransi, dan ekstrimisme. Adapun sosialisasi dari bapak polisi ini menyadarkan kita semua bahwa menjaga keamanan bukan semata mata tugas dari Polri saja, melainkan tanggung jawab kita bersama," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Subkhan, sesama saudara sebangsa dan setanah air harus menjaga persaudaraan terutama sesama Muslim yakni menjaga tali persaudaraan seiman (ukhuwah islamiyah), saudara se bangsa (ukhuwah wataniah) dan saudara sesama manusia (ukuwah basariah).
"Ketiga hal tersebut adalah modal kita untuk tetap menjaga toleransi dalam melihat perbedaan dengan orang lain. Orang yang telah memahami perbedaan tidak akan pernah memaksakan kehendaknya dalam hidup bermasyarakat dan sudah pasti menjauhi kekerasan. Orang yang bertoleransi akan menghormati, menghargai orang lain. Sehingga yang demikian jauh dari sifat menghina, mencaci bahkan memfitnah orang lain," tandasnya. (cat/ian)
Baca Juga: Jenazah Perempuan Gegerkan Warga Waru, Diduga Tewas Dibunuh Anaknya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News