JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Gus Miftah, dai muda yang kini lagi naik daun mengaku jadi korban media sosial (medsos) para ustadz Wahabi. Itu terjadi saat ia menyatakan cadar adalah budaya.
“Setelah kejadian itu saya dihujat. Dan mereka itu sekali menghujat lewat medsos disebarkan oleh 200 akun medsos,” ungkap kiai muda bernama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman itu usai ziarah ke makam Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari, KHA Wahid Hasyim, dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur, Jumat (30/8/2019).
Baca Juga: Pengurus PC LPBI SER NU Gresik Siaga Bencana Alam
Menurut dia, para ustadz beraliran Wahabi mendominasi opini publik karena mereka bisa memainkan medsos. Bahkan mereka tidak hanya menggunakan medsos sebagai media dakwah, tetapi juga untuk menjelekkan ulama-ulama NU. “Kelemahan kita (NU) itu di medsos,” kata Gus Miftah yang banyak berdakwah di lokalisasi WTS.
Karena itu ia menyuruh santri-santrinya agar selalu mengikuti instagram para ulama NU agar bisa menyebarkan paham Ahlussunnah Waljamaah. “Santri di pesantren saya itu kalau buka youtube saya suruh untuk buka ceramahnya ulama-ulama NU,” kata pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Sleman Yogyakarta itu sembari menyatakan bahwa di pesantren yang diasuhnya santri diperbolehkan membawa handphone dan diberi akses ke internet pada batasan dan waktu-waktu tertentu.
Ia juga bercerita tentang dakwah di lokalisasi. “Dulu dakwah di lokalisasi gitu susah, tapi kalau sekarang mudah karena sudah kenal saya,” jelas kiai muda yang mengislamkan pesulap profesional keturunan Tionghoa, Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo yang popular sebagai Deddy Corbuzier) itu.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Banjarmasin, Khofifah Sampaikan Pesan Persatuan dan Persaudaraan
Yang menarik, Gus Miftah sebelum meninggalkan Tebuireng sempat membuat video di berlatarbelakang kotak infaq Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT). Dalam video itu ia menyampaikan bahwa dalam satu bulan dari infaq makam Gus Dur bisa terkumpul sekitar 300 juta rupiah. Dana sebesar itu berasal dari ribuan peziarah yang tiap hari membanjiri makam Gus Dur.
Namun, kata Gus Miftah, dana itu oleh pesantren Tebuireng tidak dipakai untuk membangun pondok. “Semua itu ditujukan untuk panti asuhan, para duafa, dan masakin. Tidak sedikit pun digunakan untuk pembangunan Pesantren Tebuireng,” ungkap Gus Miftah dalam video yang kemudian ia upload di akun Instagramnya.
Gus Miftah beserta rombongan sempat salat Jumat di Pesantren Tebuireng. Ia beserta rombongannya ditemui keluarga Tebuireng, antara lain: KH. Irfan Yusuf (Gus Irfan), KH. Abdul Kholiq Tsani (Gus Aing), dan Mudir Pondok, H. Lukman Hakim, di Ndalem Kasepuhan Pesantren Tebuireng. (tim)
Baca Juga: Tak Ada Data, Keluarga Kiai Besari Minta Gus Miftah Tak Ngaku-Ngaku Keturunan Kiai Besari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News