Jelajah Alas Purwo, the Real Adventure

Jelajah Alas Purwo, the Real Adventure portal pintu masuk alas purwo. Usai portal ini, anda akan disuguhi etalase berbagai pohon berusia ratusan tahun. foto:rosihan c anwar/bangsaonline

BANYUWANGI (bangsaonline)

Di dalam kawasan , menjanjikan eksotisme alam yang belum terjamah. Mulai dari pantai yang masih perawan hingga savana yang dihuni binatang-binatang liar. Dan tentu saja, elalase pohon berusia ratusan tahun, anggrek gunung, dan pohon-pohon tumbang karena alam.

Baca Juga: Launching Majapahit's Warrior Underwater, Pj Gubernur Jatim Sampai Ikut Nyelam Letakkan Patung

Sebuah alas yang menjadi Taman Nasional ini memang seakan menantang siapapun yang menginginkan petualangan nyata. Berjarak sekitar 60 km dari Kota Banyuwangi ini, para petualang sudah mendapatkan tantangan nyata, ketika sampai di portal .

Dengan tiket yang cukup mahal, Rp 150 ribu, petualang sudah ‘berhadapan’ dengan jalan yang cukup rusak. Disarankan menggunakan trail atau mobil doble gardan agar bisa menaklukkan rusaknya jalan. Lebih-lebih usai hujan, jalan licin kian menjanjikan tantangan nyata.

“Memang alas purwo ini dibiarkan begitu. Tentu kami harus duduk satu meja dulu dengan pihak pengelola Taman Nasional , jika ingin memoles. Tetapi faktanya, justru para turis, baik wisman maupun lokal, lebih menyukai tantangan nyata. Jalan mulus bagi mereka malah tak menarik samasekali. Ini juga yang kami terapkan di wisata Kawah Ijen yang masuk Taman Nasional Meru Betiri,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Baca Juga: Ditpolairud Polda Jatim Amankan Dua Pelaku Jual Beli Benih Lobster Ilegal di Banyuwangi

memang menjanjikan real . Dan ini memang menjadi potensi Jawa Timur. Ada empat taman nasional di Pulau Jawa, ada tiga di Jawa Timur, yaitu Baluran, Meru Betiri dan . Dan dua di antaranya, ada di Kabupaten Banyuwangi, yaitu dan Meru Betiri,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Arief Yahya, usai acara thank’s giving, di Pendopo Pemkab Banyuwangi, akhir pekan lalu.

“Jatim itu mempunyai 767 destinasi wisata yang eksotik, dan sebagian besar berada di taman nasional. Untuk itu, pengembangan wisata tak jauh dari Taman Nasional itu,” kata Ketua Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim Rusmiati.

Wajar jika menyusuri , laiknya bertarung di arena offroad, dengan menjanjikan bahwa di ujung sana, terdapat keindahan alam yang masih perawan. Dan, kitalah yang menjamahnya!

Baca Juga: Tim BPBD Lumajang Juara Umum dalam Semarak Gelar Peralatan se-Jatim, Ini Lima Arahan BNPB

Ada beberapa destinasi di , meliputi pantai dari laut selatan Triangulasi, G-Land atau Plengkung, Pancur, Ngagelan. Juga padang savana Sadengan, dan hutan mangrove Bedul.

Sayangnya, tim wartawan dari Surabaya, tak bisa mendatangi semua karena keterbatasan waktu. Yang berhasil dikunjungi adalah penangkaran penyu Ngagelan, padang savana Sadengan dan hutan mangrove di blok Bedul.

Ngagelan adalah tempat penangkaran penyu semi alami. “Ketika musim penyu bertelur yaitu pada bulan April hingga Agustus, ribuan telur berhasil kami tangkarkan,” kata Purwadi, petugas pemeliharaan penyu di Pondok Kerja Unit Penetasan Penyu Semi Alami Ngagelan.

Baca Juga: Rumah di Banyuwangi Rusak Usai Diterjang Hujan Deras dan Tertimpa Pohon

Penyu-penyu yang bertelur di pantai Ngagelan meliputi jenis penyu Abu-abu, penyu sisik, penyu belimbing dan penyu sisik. “Kalau kita ketemu induknya, maka kita pasang tagging. Pernah penyu yang sama kembali bertelur di sini. Dan juga pernah penyu jenis belimbing seukuran panjang 2 meter, bertelur di sini,” kata Purwadi.

Ketika musim penyu bertelur, Purwadi, bersama lima orang petugas yang sama, rutin berpatroli di pantai, sejak tengah malam hingga dini hari. Ketika ada penyu bertelur maka, pihaknya mengabadikan, memasang tagging, dan memindahkan telur ke tempat penangkaran semi alami.

“Kami menyelamatkan telur penyu dari musuh alaminya, yaitu predator biawak dan babi hutan,” kata dia.

Baca Juga: Diduga Mabuk Sopir Truk Fuso Tabrak Pagar Masjid Ikon di Banyuwangi, 3 Motor Rusak Parah

Berbeda lagi dengan cara patroli petugas di Padang Savana Sadengan. Mereka melakukan ‘patroli’ untuk mengetahui pergerakan hewan liar. Khususnya banteng.

Padang savana ini, umumnya didatangi kelompok banteng, kelompok burung merak, elang jawa, elang laut, rusa timor, anjing hutan atau ajag, katak pohon bergaris, trenggiling, macan tutul, macan kumbang, dan tentu saja babi hutan. Mereka melakukan pemantauan dari menara pantau setinggi sekitar 10 meter. Wisatawan pun bisa melakukan hal sama, memantau dengan menggunakan teropong.

“Sayangnya sekarang sepi, karena tiket di pintu masuk alas purwo dinaikkan, dari Rp 20 ribu menjadi 100 hingga 150 ribu,” keluh Agus Setiawan, petugas pantau di Padang Savana Sadengan.

Baca Juga: Dua PMI asal Banyuwangi Alami Gangguan Jiwa Setelah Dipulangkan dari Malaysia

Keluhan ini, sejalan dengan apa yang diutarakan Kepala Dinas Kebudayaan dan Provinsi Jatim Djarianto.

“Tanggal 26 November ini, saya diundang ke Istana Wapres Jusuf Kalla untuk FGD mengenai tiket masuk ke Taman Nasional. Jatim sendiri tidak keberatan untuk dinaikkan tiket masuknya, tapi ya jangan frontal seperti ini. Pertemuan nanti adalah buah dari pertemuan yang difasilitasi Disbudpar Jatim, antara Agen Tour dengan pihak Badan Nasional Bromo Tengger, di Tretes. Semoga tarif masuk Taman Nasional bisa diturunkan,” kata Djarianto, usai acara thanks giving di pendopo Kabupaten Banyuwangi, akhir pekan lalu.

Adapun di hutan mangrove blok Bedul, yang masuk Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo, petualang akan disuguhi hutan mangrove sejauh mata memandang. Hutan ini sejatinya adalah muara dari kali Stail, dan acap disebut Segara Anakan, sejauh 17 km. Ketebalan hutan mencapai sekitaran 300 meter.

Baca Juga: Ngaku Khilaf, Seorang Bapak di Banyuwangi Tega Cabuli Anak Kandungnya

“Jika waktunya migrasi burung, kerap burung dari Autralia memenuhi mangrove di sini,” kata Samidi, warga Desa Sumberasri yang sedang memancing ikan kakap merah anakan.

Di sisi lain, beberapa destinasi yang tak sempat dikunjungi adalah pantai G-Land atau Plengkung. Menurut beberapa sumber internet, pantai ini menjanjikan tempat selancar yang ciamik. Dengan ketinggian ombak antara 4 – 7 meter, dengan panjang mencapai 2 km.

Di pantai Trianggulasi, akan ditemui hamparan pasir putih pantai dengan beberapa pesanggrahan rumah kayu sebagai penginapan wisatawan.

Baca Juga: Tak Terima Rumahnya Jadi Tempat Parkir, Warga Banyuwangi Bacok Tetangganya saat Tahlilan

Di pantai Pancur, disediakan bumi perkemahan dan lahan parkir kendaraan. Jika mau menyusuri pantai pancur, akan bertemu dengan pantai Pulau Merah, destinasi wisata yang baru menggeliat dari tidur panjangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Cuaca Kurang Bersahabat, Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk Ditutup':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO