BANYUWANGI (bangsaonline)
Di dalam kawasan Alas Purwo, menjanjikan eksotisme alam yang belum terjamah. Mulai dari pantai yang masih perawan hingga savana yang dihuni binatang-binatang liar. Dan tentu saja, elalase pohon berusia ratusan tahun, anggrek gunung, dan pohon-pohon tumbang karena alam.
BACA JUGA:
- Awas! BMKG Minta Masyarakat Jatim Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Sepekan
- Pengacara Beberkan Alasan Para Pelaku Aniaya Santri Asal Banyuwangi di Kediri hingga Tewas
- Santri Asal Banyuwangi Ditemukan Tewas di Ponpes Kediri, Diduga Korban Penganiayaan
- Gubernur Khofifah Resmikan Asrama Baru SMAN Taruna di Banyuwangi dan Pasuruan
Sebuah alas yang menjadi Taman Nasional ini memang seakan menantang siapapun yang menginginkan petualangan nyata. Berjarak sekitar 60 km dari Kota Banyuwangi ini, para petualang sudah mendapatkan tantangan nyata, ketika sampai di portal Alas Purwo.
Dengan tiket yang cukup mahal, Rp 150 ribu, petualang sudah ‘berhadapan’ dengan jalan yang cukup rusak. Disarankan menggunakan trail atau mobil doble gardan agar bisa menaklukkan rusaknya jalan. Lebih-lebih usai hujan, jalan licin kian menjanjikan tantangan nyata.
“Memang alas purwo ini dibiarkan begitu. Tentu kami harus duduk satu meja dulu dengan pihak pengelola Taman Nasional Alas Purwo, jika ingin memoles. Tetapi faktanya, justru para turis, baik wisman maupun lokal, lebih menyukai tantangan nyata. Jalan mulus bagi mereka malah tak menarik samasekali. Ini juga yang kami terapkan di wisata Kawah Ijen yang masuk Taman Nasional Meru Betiri,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
“Alas Purwo memang menjanjikan real adventure. Dan ini memang menjadi potensi Jawa Timur. Ada empat taman nasional di Pulau Jawa, ada tiga di Jawa Timur, yaitu Baluran, Meru Betiri dan Alas Purwo. Dan dua di antaranya, ada di Kabupaten Banyuwangi, yaitu Alas Purwo dan Meru Betiri,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Arief Yahya, usai acara thank’s giving, di Pendopo Pemkab Banyuwangi, akhir pekan lalu.
“Jatim itu mempunyai 767 destinasi wisata yang eksotik, dan sebagian besar berada di taman nasional. Untuk itu, pengembangan wisata tak jauh dari Taman Nasional itu,” kata Ketua Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim Rusmiati.
Wajar jika menyusuri Alas Purwo, laiknya bertarung di arena offroad, dengan menjanjikan bahwa di ujung sana, terdapat keindahan alam yang masih perawan. Dan, kitalah yang menjamahnya!
Ada beberapa destinasi di Alas Purwo, meliputi pantai dari laut selatan Triangulasi, G-Land atau Plengkung, Pancur, Ngagelan. Juga padang savana Sadengan, dan hutan mangrove Bedul.
Sayangnya, tim wartawan dari Surabaya, tak bisa mendatangi semua karena keterbatasan waktu. Yang berhasil dikunjungi adalah penangkaran penyu Ngagelan, padang savana Sadengan dan hutan mangrove di blok Bedul.
Ngagelan adalah tempat penangkaran penyu semi alami. “Ketika musim penyu bertelur yaitu pada bulan April hingga Agustus, ribuan telur berhasil kami tangkarkan,” kata Purwadi, petugas pemeliharaan penyu di Pondok Kerja Unit Penetasan Penyu Semi Alami Ngagelan.
Penyu-penyu yang bertelur di pantai Ngagelan meliputi jenis penyu Abu-abu, penyu sisik, penyu belimbing dan penyu sisik. “Kalau kita ketemu induknya, maka kita pasang tagging. Pernah penyu yang sama kembali bertelur di sini. Dan juga pernah penyu jenis belimbing seukuran panjang 2 meter, bertelur di sini,” kata Purwadi.