LAMONGAN, BANGSAONLINE.com - Banyak orang salah paham memahami apa itu santri. Bahwa santri identik dengan mereka yang pernah belajar di pondok pesantren saja.
"Momen Hari Santri yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober ini memiliki pemahaman yang luas. Kita perlu menyamakan presepsi tentang santri," ucap KH Ali Maschan Moesa dalam seminar membedah persepsi santri dalam era millenial dan tradisi budaya santri di Pendopo Lokatantra Lamongan, Senin (21/10).
Baca Juga: Dukungan Para Pekerja MPS Brondong Lamongan untuk Menangkan Khofifah di Pilgub Jatim 2024
Kiai Ali Maschan kemudian menguraikan soal istilah kaum priyai, santri, dan abangan. Kaum santri seperti dijelaskannya merupakan orang yang aktif melakukan kewajiban dan ajaran agama Islam dengan baik.
"Sedangkan abangan merupakan penganut Islam yang tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban atau ritual kaum muslimin pada umumnya. Sehingga kita perlu menyamakan persepsi bahwa santri itu terkait keimanan kita,” imbuhnya.
Dia juga menjelaskan peran signifikan santri dalam proses kemerdekaan Indonesia. Sehingga saat ini setiap 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri.
Baca Juga: Blusukan di Pasar Sidoharjo Lamongan, Khofifah akan Tutup Kampanye di Jatim Expo
Sementara itu Bupati Lamongan Fadeli menyampaikan bahwa momen Hari Santri harus dijadikan sebagai ajang memperbaiki kualitas diri.
“Negara Indonesia merupakan Negara yang besar. Mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim dan di Lamongan sebanyak 99,6 persen masyarakatnya beragama islam. Sehingga momen Hari Santri harus dijadikan sebagai ajang memperbaiki kualitas diri (umat muslim),” ujar Fadeli.
Sekkab Yuhronur Efendi selaku Ketua Panitia Peringatan Hari Santri 2019 di Lamongan sudah menginstruksikan kepada seluruh camat agar menggelar apel santri serentak di wilayah masing-masing.
Baca Juga: Resepsi Hari Santri Nasional 2024, PCNU Tuban Sukses Gelar Haul Masyayikh dan PCNU Award 2024
Rangkaian acara Hari Santri masih akan berlangsung hingga tanggal 22 oktober, dengan melaksanakan Apel Hari Santri di Alun-alun Lamongan. Dilanjutkan dengan pembukaan pameran hasil karya para santri dan UKM di tempat yang sama.
Sementara pada malam harinya akan diadakan pawai ta’aruf yang diikuti sebanyak 2.000 santri dan dimeriahkan pentas seni serta gambus.
Seminar yang juga dihadiri Kepala Balai Diklat Keagamaan Surabaya Muchamad Toha dan diikuti 600 peserta dari lingkungan Kemenag Lamongan mulai dari Kepala KUA, Kepala Sekolah dan Penyuluh Agama ini membahas santri dalam arti yang lebih luas. (qom/ian)
Baca Juga: Sholawat Kebangsaan di Bangkalan, Habib Syekh Apresiasi Kepemimpinan Khofifah di Periode Pertama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News