JAKARTA(BangsaOnline) Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengeluarkan komentar
pedas terkait keinginannya menenggelamkan kapal asing yang mencuri ikan
di laut Indonesia. Keinginan Susi menenggelamkan kapal asing bukan
sebatas rencana, tetapi segera akan dilakukan.
"Kalau anda jadi
menteri tanggapannya apa? Sebagai bangsa Indonesia jawab apa? Kedaulatan
itu tidak boleh dibeli dan kalau untuk kedaulatan apapun yang bisa
dilakukan?" kata Susi di Gedung Mina Bahari I, Jalan Medan Merdeka
Timur, Jakarta, Kamis (27/11/2014).
Susi yang dikenal tomboi dan bertubuh dempal ini bahkan balik bertanya
kepada awak media, dan mengatakan selama ini banyak kapal nelayan
Indonesia yang ditenggelamkan negara lain, contohnya di Malaysia dan
Australia.
"Anda tidak pernah tanya ke saya mengapa kapal nelayan
Indonesia ditenggelamkan di Malaysia. Ayo saya tanya kepada anda.
Mengapa kapal nelayan kita ditenggelamkan di Malaysia dan Australia?
Kenapa anda bertanya negara lain komplain? Jadi bingung," tegas Susi.
Susi
menjelaskan, kebijakan ini akan segera dilakukan dalam waktu dekat.
Pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) adalah sebagai pihak yang
bertanggung jawab atas penangkapan ikan kapal asing yang mencuri ikan
laut di Indonesia.
Sementara eksekusi penenggelaman kapal akan dilakukan oleh TNI AL dan aparat Kepolisian.
"Sekarang
kita bangkit sebagai bangsa yang berdaulat. UU kita sejak tahun 2009,
pelaksanaannya ada di AL dan Kepolisian saya hanya tangkap. Kita
tenggelamkan kapalnya tidak ABK-nya. ABK akan dideportasi," kata Susi.
Lalu
apakah kebijakan ini akan mengganggu hubungan diplomasi Indonesia
dengan negara lain? Susi menanggapi santai dan mengatakan semua
kebijakan yang dikeluarkan adalah demi kedaulatan bangsa.
"Kalau
karena kedaulatan kita bentrok dengan negara tetangga kenapa tidak. Kan
tidak boleh kedaualatan dilecehkan negara. Karena takut negara jelek,
dibiarkan curi ikan. Jangan sampai," cetusnya.(wij/dnl)
Baca Juga: Wanita Cantik Ini Menyaru Jadi Cowok ABG, Memerkosa 50 Cewek
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News