Oleh: Nico Ainul Yakin
KONGRES ke-2 yang dirangkai dengan peringatan HUT ke-8 Partai NasDem akan digelar di Jakarta pada 8-11 November 2019. Perhelatan akbar Partai NasDem ini merupakan forum permusyawaratan tertinggi yang berfungsi sebagai representasi dari pemegang kedaulatan partai, di mana salah satu kewenangannya adalah mengusulkan bakal calon pimpinan ke Majelis Tinggi dan ditetapkan oleh Majelis Tinggi. (ART Partai NasDem Bab XII pasal 46 ayat 3 huruf e).
Baca Juga: Wakil Ketua Komisi III DPR RI Dukung Pasangan Fren Pimpin Kota Kediri
Bakal Calon Pimpinan dalam konteks NasDem adalah orang yang akan dicalonkan untuk menduduki suatu jabatan pimpinan di Partai NasDem. Adapun sebutan pimpinan yang dipakai oleh Partai NasDem adalah “Ketua Umum”, sebuah istilah yang digunakan untuk jabatan tertinggi dalam struktur Partai NasDem di tingkat pusat. Istilah Ketua Umum adalah pemimpin tertinggi Partai NasDem yang prosesnya dipilih dan ditetapkan dalam forum kongres yang diikuti oleh perwakilan struktur partai, mulai tingkat pusat, wilayah (provinsi-DPW) dan daerah (kabupaten/kota-DPD) di seluruh Indonesia.
Pertanyaannya adalah siapa calon Ketua Umum yang paling layak dipilih untuk menggantikan Surya Paloh? Jawabannya adalah Surya Paloh. Jawaban ini terkesan kelakar, tetapi cukup realistis untuk kebutuhan Partai NasDem ke depan.
Kenapa Harus Surya Paloh Lagi?
Baca Juga: Nasdem Panaskan Mesin untuk Total Menangkan Khofifah-Emil di Pilgub Jatim 2024
Ada beberapa reasoning yang dapat dijadikan alasan untuk menjawab pertanyaan di atas. Dalam pandangan subyektif penulis, Surya paloh adalah sosok pemimpin partai yang mampu menyelamatkan Partai NasDem dari “Lubang Jarum” politik elektoral yang ketika itu mensyaratkan kontestan Pemilu 2014 harus memperoleh dukungan minimal 4 persen suara. Partai yang memperoleh suara di bawah 4 persen dengan sendirinya teranulir.
Pada Pemilu 2014, Partai NasDem berhasil melewati ambang batas parlemen dengan raihan 8.402.812 atau 6,72 persen suara (36 kursi). Sedangkan pada Pileg 2019 perolehan suara NasDem mengalami kenaikan signifikan menjadi 12.661.792 atau 9,05 persen suara. Perolehan ini berhasil mendongkrak posisi Partai NasDem yang semula berada di urutan 7 menjadi urutan 5. Sementara dari sisi perolehan kursi, Partai NasDem berada di rangking 4 setelah PDIP, Golkar, dan Gerindra dengan perolehan sebanyak 59 kursi - satu digit di atas perolehan kursi PKB.
Di Pilpres 2014 silam, Partai NasDem juga berhasil mengantarkan Ir. H. Joko widodo dan HM. Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2014-2019. Kemudian, pada Pilpres 2019, Partai NasDem kembali berhasil mengantarkan Ir. H. Joko Widodo yang berpasangan dengan Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2019-2024.
Baca Juga: Deny Widyanarko-Mudawamah Daftar ke KPU Kabupaten di Hari Kedua
Lalu, pada Pilkada serentak tahun 2015, 2017 dan 2018, Partai NasDem berhasil menempatkan calon-calon yang diusungnya menjadi Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota yang tersebar di seluruh Indonesia. Capaian tertingginya terjadi pada 2018. Partai NasDem tercatat meraih 11 kemenangan setara dengan 64,71 persen dari 17 provinsi di seluruh Indonesia, mengalahkan partai Gerindra, PKB, PKS bahkan partai penguasa PDIP.
Kemenangan Partai NasDem di Pilkada 2018 menurut pengamat politik dari Indonesian Public Institute Jerry Massie karena faktor ketokohan Surya Paloh dan media pendukungnya yang membantu para calon kepala daerahnya.
Selain itu, Surya Paloh adalah sosok teladan pemimpin partai yang telah meletakkan dasar-dasar politik etik yang dimanivestasikan dalam bentuk gerakan politik tanpa mahar dan tanpa syarat untuk seluruh proses kontestasi Pileg, Pilpres dan Pilkada. Kini, politik tanpa mahar dan tanpa syarat produk Surya Paloh itu banyak diadopsi oleh sejumlah partai politik dalam proses demokrasi, meskipun kita tahu masih terjadi politik transaksional yang dilakukan secara diam-diam.
Baca Juga: Setelah Golkar, Mujib Imron-Wardah Nafisah Terima SK B1 KWK dari NasDem
Berita paling mutakhir, publik “digegerkan” oleh sejumlah manuver politik Surya Paloh. Pada 22 Juli 2019, tiga Ketua Umum partai koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf bertemu dengan Surya Paloh di kantor DPP Partai NasDem. Hadir dalam pertemuan tersebut, Airlangga Hartarto (Golkar), Suharso Monoarfa (PPP), dan Muhaimin Iskandar (PKB). Dua hari setelahnya, Ketua Umum Partai NasDem bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan (24/7/2019). Belakangan, Surya Paloh bersilaturrahim dengan Presiden PKS, Sohibul Iman di kantor DPP PKS. Safari politik Surya Paloh ini agaknya akan terus dilanjutkan ke Partai Demokrat, PAN, dan lain-lain di hari-hari mendatang.
Terlepas dari segala macam penilaian kontroversial yang menyertai safari politiknya, yang pasti langkah-langkah politik Surya Paloh cukup mencuri perhatian dan dinilai mengejutkan banyak kalangan. Resonansinya melahirkan beragam asumsi dengan hipotesa dengan subyektifitasnya masing-masing. Pada titik ini, Surya Paloh telah berhasil menjadi episentrum bagi tokoh-tokoh politik tanah air untuk merestorasi dan membangun Indonesia lebih baik.
Atas dasar pertimbangan di atas, tidak alasan apapun untuk menggeser Surya Paloh dari jabatan puncaknya di Partai NasDem, kecuali Surya Paloh sendiri. Hanya Surya Paloh yang bisa menggantikan posisi Surya Paloh agar mata rantai kemenangan Partai NasDem kembali terwujud di Pemilu 2024 dengan predikat (bukan lagi) Tiga Besar, tetapi JUARA.
Baca Juga: Pilkada Gresik 2024, Kader NasDem Disebut Mayoritas Dukung Yani-Alif
Nico Ainul Yakin: Wakil Ketua DPW NasDem Jatim Bidang OKK dan Ketua DPD NasDem Sidoarjo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News