MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Warga NU banyak yang belum tahu, bagaimana Markas Besar Oelama Djawa Timoer yang populer dengan nama MBODT itu kok bisa atas nama Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA, Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur. M Mas’ud Adnan, Pemimpin Umum HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, berusaha mengorek cerita di balik sejarah MBODT kepemilikan tanah dan gedung bersejarah itu kepada Kiai Miliarder Asep Saifuddin Chalim di Institut KH Abdul Chalim Mojokerto, Senin (18/11/2019) kemarin. Berikut laporannya:
Dengan panorama alam yang indah – berlatar belakang pegunungan yang menghampar – kampus Institut KH Abdul Chalim itu berdiri megah. Angin terus berhembus, menerpa siapa pun yang berkunjung ke kampus yang berdiri di tengah areal persawahan dan hutan yang hijau dan asri itu.
Pada bagian agak ke belakang berdiri bangunan dua lantai terdiri 10 kamar yang disebut Guest House. Di situlah Kiai Asep Saifuddin Chalim sering menemui tamu-tamunya, di samping di kediamannya di Pondok Pesantren Amanatul Ummah tak jauh dari Guest House itu.
Berbaju putih dan berkopyah putih, kiai yang terkenal kaya dan dermawan itu Senin sore menerima M Mas’ud Adnan, Pemimpin Umum HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com. Dengan senyum ramah ia mempersilakan masuk. Kesempatan itu langsung dimanfaatkan Mas’ud Adnan untuk mengorek tentang sejarah MBODT yang Sabtu (16/11/2019) lalu dinapaktilasi oleh PWNU Jawa Timur.
Seperti diberitakan HARIAN BANGSA, napak tilas tempat bersejarah Markas Besar Oelama Djawa Timoer yang populer dengan nama MBODT dilakukan PWNU, tiga hari setelah Kiai Asep tandatangan pemindahan hak milik kepada PBNU. MBODT Djawa Timoer dikenal sebagai markas para ulama NU yang berperang melawan penjajah terutama dalam pertempuran 10 November Surabaya. Pada perang inilah Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad.
Lalu bagaimana ceritanya kiai kok tanah itu bisa atas nama jenengan? “Saya disuruh Gus Dur mencari MBODT itu,” tutur Kiai Asep Saifuddin Chalim mengawali ceritanya. Saat itu Kiai Asep sedang menjabat sebagai Ketua PCNU Kota Surabaya. Sedang Gus Dur Ketua Umum PBNU.
Menurut Kiai Asep, tak mudah mencari di mana dan siapa yang punya hak milik tempat bersejarah itu. Namun karena perintah dari Gus Dur, maka Kiai Asep bekerja keras menelusuri, mencari gedung dan tanah MBODT itu.