LUMAJANG (BangsaOnline) - Selama sebulan terakhir, Gunung Semeru dikabarkan telah
melontarkan bom Volkanik berupa hembusan sebanyak 2.551 kali. Hal ini
disampaikan Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Semeru di Gunung Sawur, Desa
Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.
Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang membenarkan kondisi tersebut. Pasalnya,
sesuai surat bernomor 01/11/BGV.P-SMR/2014 yang ditanda-tangani
Suparno selaku Kepala Pos Pengamatan Gunung Semeru, dilaporkan bahwa
selama sebulan terakhir Gunung Semeru melontarkan Vulkanik berupa
hembusan sebanyak 2.551 kali.
"Dilaporkan terjadi letusan
sebanyak 949 kali, guguran 35 kali dan vulkanik dalam 4 kali. Namun
status Gunung Semeru masih tetap Waspada Level 2," kata Hendro Wahyono
Kabid Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang,
kemarin, Jumat (19/12).
Kegiatan seismik lainnya adalah,
terpantaunya gempa tektonik lokal 40 kali dan gempa tremor harmonik 125
kali. Dari pengamatan cuaca, selama sebulan terakhir kebanyakan terjadi
mendung dan hujan dengan intensitas tinggi di puncak Semeru. Suhu udara
tercatat antara 23 derajat celcius sampai 29 derajat celcius.
Dari
pengataman visual, terpantau asap solfatara warna putih tipis, hembusan
abu yang selama sebulan terakhir teramati 4 kali dengan warna asap
putih tebal sampai dengan abu-abu. Tekanan gas sedang sampai kuat dengan
tinggi asap mencapai lebih kurang 200 meter condong ke arah barat dan
utara.
"Suara letusan tidak pernah terdengar, api diam dan
sinar api masih teramati dengan tinggi 5 sampai 10 meter. Kubah lava
teramati adanya pertumbuhan dan guguran lava teramati 8 kali dengan
jarak luncur 300 meter sampai 500 meter ke arah besuk kembar dan
kobokan," ungkapnya.
Dijelaskan, intensitas hujan tinggi di
Puncak Gunung Semeru, maka direkomendasikan kepada warga yang bermukim
di sekitar DAS (Daerah aliran Sungai) yang meliputi Besuk Sat, Besuk
Kobokan, Besuk Kembar, Besuk Bang agar selalu meningkatkan
kewaspadaannya terhadap bahaya yang sewaktu-waktu terjadi.
"Bahaya ini, berupa bahaya primer yaitu yang berupa bahaya awan panas
guguran dan jatuhan material letusan. Bahaya sekundernya berupa bahaya
aliran lahar akibat curah hujan tinggi yang terjadi di sekitar puncak
atau lereng Gunung Semeru," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News