KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Ratusan petani di Kabupaten Kediri saat ini lagi gundah gulana. Penyebabnya sebenarnya sepele, yaitu tikus. Masalahnya tidak hanya satu ekor tikus, tapi ribuan tikus yang secara bersamaan menyerbu dan melahap tanaman petani.
Ir. Tri Retnani Yeni Astuti, M.M., Kabid Pengelolaan Pangan, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri menjelaskan bahwa untuk mengendalikan hama tikus sawah itu, saat ini telah dilakukan gerakan serentak penanganan hama tikus di Kabupaten Kediri.
Baca Juga: Petrokimia Gersik Luncurkan Program Kampung Makmur Komoditas Nanas di Kabupaten Kediri
Menurut Yeni, gerakan serentak dilakukan di 33 desa di 25 kecamatan dan diikuti oleh 35 kelompok tani dan 1 gapoktan di 25 kecamatan.
"Gerakan ini dilakukan untuk melindungi komoditas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan dengan Penanganan Kuratif pada lokasi areal 683 hektare dan diharapkan mempunyai multiplier effect pencegahan seluas 2.500 hektare," kata Yeni di sela-sela acara penangkapan tikus dengan cara jebakan di Dusun Sobo, Desa Nambaan, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Kamis (13/2/2020).
Baca Juga: Diskusi Bareng Petani, Bupati Kediri Petakan Potensi Pertanian Jagung
Menurut Yeni, tikus sawah yang punya nama ilmiah "Rattus Argentiventer" adalah tikus yang mudah dijumpai di pedesaan dan perkotaan di penjuru Asia Tenggara dan Asia. Habitat Hewan pengerat ini, menyukai persawahan, ladang, dan padang rumput, tempat ia memperoleh makanan kesukaannya berupa bulir padi, jagung, atau rumput.
"Upaya pengendalian hama tikus yang sudah kami lakukan bersama kelompok tani selama ini adalah dengan cara dijebak, pengasapan, diracun dan cara gropyokan," terang Yeni.
Baca Juga: Berantas Hama Tikus, Anggota Polres Ngawi Bersama Dinas Pertanian Lakukan Gropyokan
Dikatakan oleh Yeni, memang sulit membasmi hingga tuntas hama tikus ini. Tapi setidaknya ada beberapa cara bagaimana mengendalikan hama tikus sawah agar tidak semakin berkembang. Salah satunya adalah dengan cara tanam dan panen serempak.
Dalam satu hamparan, lanjut Yeni, diusahakan selisih waktu tanam dan panen tidak lebih dari 2 minggu. Hal tersebut untuk membatasi tersedianya pakan padi generatif, sehingga tidak terjadi perkembangbiakan tikus yang terus menerus.
"Kali ini kami bersama warga desa Nambaan, Ngasem, melakukan pengendalian hama tikus dengan penjebakan mengunakan alat yang banyak dijual di toko-toko pertanian. Setelah terjebak, tikus lalu dimasukkan ke air dan tikus akhirnya mati. Sebenarnya kasihan juga, tapi itu harus dilakukan agar tanaman petani tidak rusak," pungkas Yeni.
Baca Juga: Program DITO Mulai Tunjukkan Hasil, Produktivitas Padi di Kabupaten Kediri Naik
Kholik, salah satu petani Desa Nambaan, menjelaskan bahwa dia punya sawah seluas 250 ru yang ditanami padi. Bila tidak ada serangan hama tikus, lanjut Kholik, biasanya bisa mendapatkan 100 glansing.
"Setelah diserbu tikus, sawah kami hanya menghasilkan 50 glansing padi," kata Kholik. (uji/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News