
KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Eko, seorang petani tomat di Desa Paron, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, boleh berbangga. Hasil inovasi pupuk agensi hayati hasil kreasinya, terbukti mampu meningkatkan produktivitas tomat hingga dua kali lipat sekaligus menekan biaya perawatan lahan.
Eko mengungkapkan, ia dan kawan-kawan petani tomat lainnya menerapkan metode semi organik dengan mengombinasikan pupuk organik cair berbasis agensi hayati dan pupuk kimia.
Semi organik dipilih karena jika lahan hanya diberi pupuk kimia, tanah cepat rusak dan biaya produksi membengkak.
"Dengan kombinasi ini, tanah tetap sehat, biaya lebih murah, dan panen bisa naik dua kali lipat. Petani juga bisa membuat pupuknya sendiri," ujar Eko, Kamis (14/8/2025).
Agensi hayati merupakan jamur dan bakteri baik yang memerangi patogen penyebab penyakit tanaman. Salah satu bahan uniknya adalah tanah dari perakaran bambu yang diambil pagi hari pada kedalaman 15–20 cm, kemudian difermentasi bersama kentang, garam krosok, dan air sumur selama dua hari sebelum diaplikasikan.
"Metode ini tak hanya cocok untuk tomat, tapi juga berbagai tanaman hortikultura yang rentan layu akibat bakteri maupun jamur," ucap Eko.
Untuk mendorong penerapan teknologi ini, Eko bersama Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) membuka pelatihan sekaligus depot agensi hayati yang bisa ditiru petani lain.
"Harapan kami, inovasi ini bisa menjadi solusi pertanian berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan petani di Kediri," tutup Eko.
Sementara itu, Vita Oktaviana, petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Ngasem, membenarkan efektivitas teknik ini. Ia menyebut penyakit layu fusarium dan bakteri sering membuat petani gagal panen.
"Dengan pelatihan pembuatan agensi hayati, petani bisa mencegah serangan penyakit sejak awal. Tantangannya adalah membuat petani mau mencoba, karena sebagian menganggapnya rumit," kata Vita. (uji/rev)