KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Serangan penyakit yang disebut blas, mengancam ratusan petani padi di Desa Gogorante, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri.
Penyakit blas sudah sepekan terakhir mengkhawatirkan petani dan jika dibiarkan, potensi panen ke depan otomatis bisa buyar.
Baca Juga: Kampanye di Kecamatan Kepung, Dhito Dipuji Sebagai Pemimpin Pengayom Petani
Imam Safii, Ketua Kelompok Tani Margo Mukti Desa Gogorante menerangkan, permulaan serangan blas diketahui dari pinggir persawahan tanaman padi. Melihat kondisi ini kemudian dilaporkan ke petugas hingga akhirnya dilakukan penanganan.
Yayuk Anisa, SP, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) wilayah Kecamatan Ngasem, Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dipertabun) Kabupaten Kediri mengatakan, sejauh ini pihaknya terus memantau perkembangan serangan blas.
"Penyakit blas disebabkan oleh jamur pyricularia. Kalau di Desa Gogorante sendiri ini sudah ada yang parah terkena blas, kurang lebih 1 hektare," kata Yayuk, Senin (2/3).
Baca Juga: Ribuan Petani di Kabupaten Kediri Gelar Deklarasi Dukung Dhito-Dewi
Menurut Yayuk, hasil pengamatan terkini, sepekan terakhir gejala awal sudah mulai muncul di desa di Kecamatan Ngasem. Umumnya memang belum parah, tapi sudah mulai ada tanda-tanda serangan penyakit blas.
"Gejala Serangan Penyakit Blas Daun (leaf blast) pada daun terdapat bercak coklat berbentuk belah ketupat dan memanjang searah dengan urat daun. Pinggir bercak berwarna coklat dengan bagian tengah berwarna putih keabuan," terangnya.
"Bercak-bercak terutama terlihat pada stadium pertumbuhan vegetative. Bercak-bercak dapat bergabung menjadi satu, sehingga secara keseluruhan tampak tanaman seperti terbakar," sambungnya.
Baca Juga: Tuntut Redistribusi Lahan HGU, Ratusan Warga Puncu Geruduk Kantor Pemkab Kediri
Jamur pyricularia ini, lanjut Yayuk, sangat cepat sekali berkembangnya jadi waktu hari Sabtu (kemarin), ada laporan dari petani bahwa ada serangan blas kemudian petugas melakukan pengamatan, hari ini (Senin, 2/3) terlihat area yang sebelumnya belum ada sama sekali, sudah mulai ada bercak bercak penyakit blas.
"Kami langsung melakukan tindakan yaitu memberikan bantuan pestisida fungisida, diharapkan bisa menghentikan perkembangan jamur tersebut supaya tidak menular ketanaman yang lain," jelas Yayuk.
Masih menurut Yayuk, blas pada umumnya menyerang padi masa primordia atau sebelum bunting yaitu sekitar umur 45 hari atau mulai umur padi "isen-isen" pengisian bulir. Kalau tidak dikendalikan secara seksama nantinya akan mengganggu dari proses pengisian bulir, mengakibatkan padi gabug.
Baca Juga: Petrokimia Gersik Luncurkan Program Kampung Makmur Komoditas Nanas di Kabupaten Kediri
Kondisi itu, lanjut Yayuk, tentunya mengurangi produktivitas panen, salah satu pemicunya faktor cuaca ekstrem dengan kelembaban cukup tinggi. Kendati demikian ada beberapa trik bagi petani padi untuk meminimalisir blas terutama di musim penghujan sekarang ini. Metode ini dapat dilakukan sejak awal tanam, yaitu dari memperhatikan jarak tanam dan menghindari tanaman rumput gajah yang ditengarai menjadi tempat inang blas.
"Diperhatikan jarak tanamnya itu tidak boleh terlalu rapat, jadi disitu kemudian juga apa namanya kebersihan lingkungan termasuk, sekitarnya biasanya kan banyak tanaman rumput gajah itu juga sebagai inang juga nanti," pungkas Yayuk. (uji/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News