Risiko Mereka yang Bekerja di Garda Depan Penanggulangan Covid-19, Rela Dikucilkan Tetangga

Risiko Mereka yang Bekerja di Garda Depan Penanggulangan Covid-19, Rela Dikucilkan Tetangga Min dan Tri, dua perawat tangguh saat bertugas di ruang isolasi RSUD Gambiran. (foto: ist)

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Di balik hiruk pikuk penanganan wabah Corona (), ada yang bekerja dalam senyap. Dengan perlindungan diri seadanya, mereka mempertaruhkan keselamatan demi menolong pasien yang terjangkit Corona.

Mereka adalah petugas medis yang menangani pasien secara langsung di ruang isolasi, dengan risiko bisa terpapar virus Corona yang mematikan.

Baca Juga: Kota Kediri Jadi Tuan Rumah Gebyar Hateri Ke-39, Pj Zanariah Buka Rakor Persiapan

“Tidak semua perawat mau ditempatkan di sini karena risikonya yang tinggi,” kata Min, 47 tahun, salah satu perawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gambiran , Jumat (3/4).

Sejak wabah Corona melanda , RSUD Gambiran langsung membentuk tim dan sarana perawatan pasien yang terpapar penyakit itu. Min, salah satunya.

Sebelum wabah terjadi, Min bertugas di bagian Pengendalian Pencegahan Infeksi (PPI). Dia dipindahkan ke bagian isolasi pasien penyakit menular untuk membantu penanggulangan .

Baca Juga: Soal Indonesia Emas 2045, Vinanda-Qowim Siapkan Program Smart Living dan Lingkungan Berkelanjutan

Meski banyak rekannya yang menolak tugas tersebut, Min, justru menerima. Sebagai seorang perawat, dia mengaku tak boleh menolak tugas kemanusiaan apapun risikonya. Termasuk kemungkinan bisa terpapar virus mematikan dari pasien yang dirawatnya.

Menurut Min, tugas yang diemban ini tak sebanding dengan penderitaan dan ketakutan pasien yang terindikasi Corona. “Setiap kali dimasukkan ruang isolasi, wajah mereka sangat tegang dan depresi. Bahkan ada yang nyaris bunuh diri karena stres,” ujarnya.

Di sinilah peran Min, dan tenaga medis di ruang isolasi dibutuhkan. Setiap hari mereka membangun komunikasi dan membangkitkan semangat pasien untuk sembuh.

Baca Juga: ODGJ pun di Kota Kediri Kini Haru Miliki KTP-El, Begini Kisah dan Caranya Petugas Perekaman

Min, juga membentuk grup WhatsApp yang terdiri dari petugas ruangan dan pasien. Sehingga komunikasi bisa dilakukan secara daring tanpa harus masuk ke dalam ruang isolasi.

Selain menghilangkan kebosanan dan menyampaikan motivasi, grup WA itu juga dipakai untuk melaporkan kebutuhan pasien seperti cairan infus yang habis.

Melalui WA pula para pasien bisa saling berinteraksi dan mengenal satu sama lain, dan membangun semangat sembuh bersama-sama.

Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Lepas Keberangkatan Almarhum Gus Sunoto ke Peristirahatan Terakhir

Hal yang sama disampaikan Tri, perawat berusia 54 tahun yang menjadi rekan Min, di ruang isolasi. Perawat senior ini bahkan mengalami tekanan mental di luar tempat kerjanya sejak merawat pasien Corona.

“Mereka mengucilkan saya karena dianggap bisa menularkan virus. Padahal tidak sesederhana itu,” katanya.

Dahsyatnya pemberitaan tentang penularan Corona secara langsung turut memojokkan para perawat. Tak hanya oleh tetangga di rumah, beberapa rekan kerja di rumah sakit turut menjaga jarak dengan para tenaga medis yang bertugas di ruang isolasi. Mereka tak mau tertular.

Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Buka Sosialisasi dan Bimtek Tim Pemantau Pilkada Tahun 2024

Bahkan sampai sekarang, Min tak pernah menceritakan tugasnya merawat pasien Corona kepada anak-anaknya. Dia tak ingin mereka berpikir jauh dan ketakutan atas profesi yang dijalani ibunya.

“Saya juga terpaksa tidur terpisah dengan anak saya. Sejak bertugas di ruangan ini, secara otomatis saya masuk dalam kategori ODR (orang dalam risiko),” pungkas Min. (uji/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Tanam Pohon dan Tebar Benih Ikan Warnai Peringatan Hari Bumi dan Hari Air Dunia di Kota Kediri':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO