Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
111. Waquli alhamdu lillaahi alladzii lam yattakhidz waladan walam yakun lahu syariikun fii almulki walam yakun lahu waliyyun mina aldzdzulli wakabbirhu takbiiraan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya.
TAFSIR AKTUAL
Ayat kaji ini sebagai sanggahan terhadap tiga keyakinan yang salah sekaligus. Mereka beranggapan, bahwa Tuhan Allah SWT itu punya struktur keluarga. Kaum Yahudi meyakini bahwa Uzair itu anak lelaki Tuhan. Disusul orang nasrani, bahwa Isa ibn Maryam atau Yesus juga anak lelaki Tuhan. Tak mau kalah, kaum musyrikin arab meyakini bahwa Malaikat adalah anak perempuan Tuhan.
Al-qur'an menepis semua anggapan keliru itu. Bahwa Dialah Tuhan yang maha terpuji, tidak punya anak, tidak punya kekasih, tiada tertandingi dalam kerajaan dan kekuasaan dan eksis dengan Diri-nya sendiri dalam kiprah dan kebesaran. Maka bertakbirlah untuk kebesaran-Nya. Wa kabbirhu takbira.