Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
9. Am hasibta anna ash-haaba alkahfi waalrraqiimi kaanuu min aayaatinaa ‘ajabaan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?
10. Idz awaa alfityatu ilaa alkahfi faqaaluu rabbanaa aatinaa min ladunka rahmatan wahayyi/ lanaa min amrinaa rasyadaan
(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
TAFSIR AKTUAL
Ashab al-Raqim, pemuda raqim. Mufassir bebeda pandangan mengenai makna al-raqim. Setidaknya ada tujuh pendapat. Ada yang mengatakan nama desa, lembah, batu, papan, nama kitab suci, dan lain-lain. Jika digabung, raqim itu kayak monumen, mungkin terbuat dari batu atau papan yang berada di suatu tempat. Di situ bertuliskan nama-nama orang beriman yang terkubur di sekitar situ.
Pada ayat ini, pemuda Raqim (ashab al-raqim) dan pemuda goa (ashab al-kahf) dikisahkan gandeng dan bebarengan (ann ashab al-kahf wa al-raqim) menunjukkan bahwa sifat kisahnya punya kemiripan, alias ada kesamaan antara satu dengan yang lain. Boleh jadi, keduanya terjadi dalam satu kurun waktu dan di tempat yang berdekatan.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Yang jelas, keduanya adalah sama-sama orang beriman yang lari dari tempat tinggalnya demi menyelamatkan keimanannya. Ashab al-kahfi lari dan bersembunyi di sebuah goa besar nan luas, sedangkang ashab al-raqim lari ke sebuah desa atau lembah dan meninggal di sana. Di tempat itu, lalu dibangun monumen bertuliskan nama-nama mereka. Dan pada ayat selanjutnya dikisahkan, di sekitar situ dibangun sebuah masjid (21).
Kisah ashab al-kahf dan ashab al-raqim ini dielu-elukan di kalangan bani Israel sebagai kisah yang menakjubkan. Berlanjut pada jaman jahiliah, lalu zaman Rasulullah SAW diutus. Para sahabat juga terperanjat kagum dengan kisah mereka itu, bahkan sebagai manusia, nabi juga turut mengagumi.
Terhadap kekaguman mereka, Tuhan menegur dengan sebuah pertanyaan seperti tertera pada ayat ini. "am hasibta ann ashab al-kahf wa al-raqim kanu min ayatina 'ajaba". Apakah kamu mengira ... dst. Ini menunjukkan bahwa kisah mereka sesungguhnya hanya sebagian kecil dari tanda kekuasaan Allah SWT, dan tidak juga satu-satunya kejadian yang menakjubkan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Masih banyak kekuasaan Tuhan yang jauh lebih menakjubkan dibanding dengan kisah mereka itu. Seperti penciptaan langit dan bumi, pengaturan siang dan malam, dan sebagainya. Pesan ayat ini adalah, agar orang beriman tidak mudah kagum terhadap sesuatu. Kekaguman yang berlebihan menyebabkan seseorang stagnan dan bodoh, hanya bisa mengelu-elukan tanpa kreasi.
Kedua, perlu ada pikiran banding, adakah yang lebih dari itu semua. Dan ketiga, yang tertinggi adalah dikembalikan kepada kekuasaan Tuhan, Dialah yang maha mencipta segalanya.
*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News