SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah melakukan tes swab dan rapid test secara masif untuk memastikan apakah warga tersebut positif terkena Covid-19 atau tidak.
Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya M Fikser memastikan, hingga saat ini ada 592 terkonfirmasi positif Covid-19. Ditemukannya banyak kasus positif Covid-19 lantaran Pemkot Surabaya telah melakukan rapid test dan tes swab besar-besaran.
Baca Juga: Kampung Narkoba di Jalan Kunti Surabaya Kembali Digerebek: 23 Pecandu Direhab, 2 Pengedar Ditangkap
“Hingga saat ini pemerintah kota sudah melakukan rapid test kepada 4.250 orang. Hasilnya, ada 356 orang yang reaktif dan kita usulkan untuk melakukan tes swab lanjutan,” kata Fikser di Balai Kota Surabaya, Sabtu (9/5).
Selain rapid test, Pemkot Surabaya juga telah melakukan tes swab kepada 1.083 orang mulai bulan Maret hingga 8 Mei 2020. Lebih rinci, Fikser menjelaskan bahwa pada Bulan Maret-April, pemkot melakukan tes swab sebanyak 230 orang. Hasilnya 61 positif dan 169 negatif. Kemudian pada 1-8 Mei 2020, pemkot terus melakukan tes swab sebanyak 853 orang, hasilnya ada 48 positif, dan sisanya sebanyak 805 masih menunggu hasilnya.
“Artinya, ke depan bisa saja terjadi peningkatan dari hasil terkonfirmasi, karena hasil swab yang sampai saat ini belum keluar sebanyak 805 orang,” ujarnya.
Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Janda Dibunuh Kekasih di Surabaya, Dipicu Surat Gadai Emas
Fikser yang juga Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Surabaya ini memastikan bahwa rapid test dan tes swab yang dilakukan Pemkot Surabaya itu gratis alias tanpa biaya sepeser pun. Sebab, tes itu dibiayai langsung dari APBD.
“Jadi, tes swab sebanyak 1.083 ini gratis semuanya, karena seluruhnya dibiayai oleh Pemkot Surabaya. Padahal biaya tes swab itu Rp 1.560.000 sekali tes. Nah, biaya ini menggunakan APBD karena untuk memutus mata rantai penyebarannya,” tegasnya.
Di samping itu, Fikser juga menjelaskan bahwa Pemkot Surabaya sudah menyediakan 265 kamar hotel untuk dijadikan tempat isolasi diri. Kamar hotel ini diisi oleh warga migran yang baru pulang dari luar negeri atau luar daerah.
Baca Juga: PT Umroh Kilat Indonesia, Prioritaskan Beri Edukasi ke Para Jemaah
“Kamar ini juga untuk warga yang negatif, tapi keluarganya ada yang positif. Jadi, untuk memisahkan dari keluarganya, kami pindahkan ke hotel dulu, supaya tidak tertular juga,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, karena jumlah pasien ada perkembangan, maka Pemkot Surabaya melakukan penambahan kamar di rumah sakit. Khusus untuk Rumah Sakit Soewandhie, dari 22 kamar nanti akan ditambah sekitar 36 kamar, sehingga total ada 58 kamar. Kemudian di Rumah Sakit BDH, dari 12 kamar akan ditambahkan 52 kamar, sehingga total akan ada 64 kamar.
Selain itu, ada pula penambahan kapasitas kamar sekitar 40 dengan rumah sakit yang swasta yang bekerja sama dengan pemerintah kota. "Untuk itu, pemkot menyiapkan 120 tempat tidur untuk memenuhi kebutuhan kamar-kamar yang ada di rumah sakit itu, sehingga ketika ada pasien, mereka bisa masuk karena tercukupi fasilitas kesehatannya di sana," tambahnya. (ian/rev)
Baca Juga: Korban Tewas, Begal Perempuan di Surabaya Hanya Dikenakan Pasal Curat, Pengacara Beberkan Alasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News