Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
21. Unzhur kayfa fadhdhalnaa ba’dhahum ‘alaa ba’dhin walal-aakhiratu akbaru darajaatin wa-akbaru tafdhiilaan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Dan kehidupan akhirat lebih tinggi derajatnya dan lebih besar keutamaan.
TAFSIR AKTUAL
Ayat sebelumnya berkisah tentang pemuda goa bersama anjing mereka lari ke goa terpencil, demi menyelamatkan iman mereka. Lalu keluar ke desa membeli makanan setelah tidur 309 tahun. Kita tahu anjing itu tidak beragama, tapi ikut dimuliakan kayak majikannya, karena dia berbakti. Itu namanya keramat gandhul. Sama dengan ayam kiai yang lebih dihormat ketimbang ayam tetangga, yang terkenal jahat.
Budaya arab memandang anjing sebagai simbol kecerdasan dan kepatuhan tingkat tinggi. Mereka bangga sekali jika berjuluk "anjing". Di kalangan sahabat, ada Dihyah al-Kalby, di kalangan Tabi'in ada mufassir ulung berjuluk al-Kalby, ada syekh al-Kalbany, bahkan kakek Rasulillah SAW ada yang bernama Kilab. Bentuk jamak dari kata "kalb". Maknanya anjing-anjing.