BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Kiai Muzammil, Pengasuh Ponpes Rohmatul Umam Kretek Bantul, Yogyakarta, meminta pemerintah tidak hanya condong pada kesehatan secara fisik dalam menangani pandemik atau pasien Covid-19. Hal ini dikatakannya menyikapi banyaknya pemberitaan pembentukan kampung tangguh, pesantren tangguh, bahkan industri tangguh.
"Programnya bagus, tapi jangan sampai hanya tangguh dari luar saja. Tapi harus tangguh dari dalam juga. Tangguh pikirannya, serta hatinya," ungkapnya kepada wartawan BANGSAONLINE.com, Minggu (14/6/2020).
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Covid-19, Kepala Dinkes Jember Imbau Lansia Tidak Keluar Kota
Menurutnya, kesehatan rohani juga perlu. "Seperti halnya pandangan maiyah yang menyatakan, bahwa kesehatan hati dan pikiran harus diciptakan dalam diri seseorang. Sehingga, ketika seseorang memiliki pemikiran sehat, maka kesehatan jasmani juga akan sehat," jelas kiai yanag aktif mengikuti forum tadabburan Maiyah bersama Budayawan Emha Ainun Nadjib ini.
Ia mengatakan, bahwa ketangguhan manusia itu dari dalam, bukan dari luar dirinya. Oleh karenanya, ia meminta kepada pemerintah harus tetap memberikan pola pikir yang positif kepada masyarakat dalam memberikan penanganan Covid-19.
"Jangan sampai, Corona membolak-balikkan pola pikir manusia. Dalam artian, kita tidak boleh menuduh seseorang tanpa adanya bukti," ungkap kiai asal Desa Berbelluk Kecamatan Arosbaya, Bangkalan ini.
Baca Juga: Masa Transisi Menuju Endemi, Gubernur Khofifah: Masyarakat Boleh Tak Kenakan Masker Asal Sehat
Hal ini dikatakannya, menyikapi pemerintah yang dengan mudahnya menetapkan seseorang sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP) maupun Orang Dengan Risiko (ODR) Covid-19. "Dalam islam kita diajarkan bahwa saat ingin menuduh seseorang berbuat buruk seperti berzina atau tidak, kita harus memiliki 4 orang saksi. Karena kita tidak bisa menuduh tanpa adanya bukti. Nah, dari sini kita belajar bahwa Islam selalu berpikiran positif terhadap sesuatu sebelum adanya bukti," jelasnya.
"Sedangkan yang terjadi saat ini di masyarakat, ketika seseorang itu sakit, seakan-akan langsung diduga Corona. Bahkan ada yang tidak mau dirawat karena takut disangka penderita Corona. Jadi saya harap, adanya virus Corona ini tidak menjadi sebuah upaya menbolak balikkan pola pikir positif seseorang, menjadi negatif. Karena jika pemikiran ini dibiarkan, akan berbahaya. Islam selalu memandang sesuatu dengan positif," ujarnya.
Oleh karenanya, ia berharap kepada pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Bangkalan, untuk tidak menjadi korban propaganda internasional. Ia meminta pemkab menerapkan kebijakan berbasis budaya masyarakat dalam penanganan Covid-19. Sehingga, masyarakat Bangkalan memiliki kemandirian.
Baca Juga: Kemenkes Sebut Isu Hoaks Pengaruhi Capaian Imunisasi Nasional Masih Rendah
"Protokol kesehatan memang perlu untuk patuhi. Namun dilakukan ketika sedang dalam acara tertentu saja. Kalau dalam lingkup orang desa yang orangnya hanya itu-itu saja, buat apa," pungkasnya. (ida/uzi/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News